Asal-usul Manusia dikepulauan Indonesia
A. Asal-usul manusia di kepulauan Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian sejarah purba yang dilakukan oleh sejarawan Belanda, Van Heine Geldern menerangkan bahwa sejak tahun 500 sebelum masehi, mengalirlah perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan daratan Asia termasukkepulauan Indonesia disebut austronesia (Austro artinya selatan, nesos artinya pulau). Bangsa Austronesia mendiami wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pulau yang membentang dari madagaskar sampai ke pulau paskah dan Taiwan sampai selandia baru.
Pendapat Yan Heine Gelden ini diperkuat dengan penemuan peralatan manusia purba beliung batu yang berbentuk persegi di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian barat.
Perpindahan penduduk gelombang kedua terjadi pada tahun 400-300 sebelum masehi bersamaan dengan zaman perunggu. Oleh karena itu, kebudayaan perunggu di Indonesia disebut kebudayaan Dangson, dengan demikian dapat disimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Austronesia yang telah menetap di yunan. PEndapat demikian dikemukakan oleh H.Kern pada tahun 1899 hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia, disimpulkan bahwa bahasa daerah tersebut dahulunya berasal dari satu rumpun bahasa ynag disebut bahasa Austronesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan disejitar hulu sungai salwen dan sungai Mekong yang tanahnya sangat subur diperkirakan karena bencana alam dan serangan suku bangsa lain. Alat yang digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk mencapai nusantara adalah perahu bercandik. Mereka berlayar secara berkelompok dan merupakan pelaut yang ulung.
B. Teori tentang asal-usul manusia
Manusia muncul pada kala Pleistosen kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Manusia dikelompokan kedalam kelompok primate. Secara evolusi perkembangan fisik golongan primate menunjukan ciri-ciri khusus. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pewarisan dan lingkungansatuan pewarisan terkecil disebut Ojena. Manusia temasuk dalam famili Homiidae yang memiliki volume otak yang lebih besar. Sub famili Hominidae adalah Austrolopithecus yang memiliki volume otak berkisar kurang lebih 550 cc. Austrolopithecus terdiri dari tiga genus yajni Austrolopithecus Africanus, Austrolopithecus Robestus, dan Austrolopithecus Boisei.
C. Perikehidupan Masyarakat Awal
1. Masa berburu dan meramu makanan.
Kehidupan awal dari zaman berburu dan meramu makanan masih sangat sederhana. Dari sisa kehidupan Pleistosen yang berhasil ditemukan menunjukan kemampuan manusia yang masih terbatas dalam memanfaatkan bahan-bahan yang masih disediakan oleh alam. Alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan cara pembuatan yang sederhana. Alat-alat terutama digunakan untuk pencarian dan pengaolahan bahan makanan berupa daging hewan dan ubi-ubian.
Peninggalan yang banyak ditemukan pada masa ini adalah kerangka manusia dan hewan yang telah membatu. Berbagai peninggalan tersebut ditemukan di Trinil, Ngandong, Samung dan Tomala. Manusia yang hidup di masa ini adalah Megantropus dan Pithecntropus. Pada masa akhir zaman berburu dan meramu makanan sudah mulai ada ras pokok dan penduduk.
Teknologi manusia, yang pada tingkat permulaan mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaan saja, makin lama makin menigkat kea rah penyempurnaan bentuk perkakas keperluan hidup. Tradisi pembuatan alat-alat pada tingkat ini di Indonesia dibagi menjadi dua macam bentuk pokok, yaitu tradisi kapak primbas dan tradisi serpih yang merupakan budaya pacitan.
Kapak primbas yang merupakan salah satu budaya material adalah jenis kapak genggam dan berbentuk besar. Teknik pembuatan pada umumnya masih kasar dan mengalami perubahan dalam jangka waktu yang panjang. Tradisi kapak perimbas di Indonesia mempunyai daerah sebaran yang luas, terutama berkembang di daerah yang banyak mengandung bahan batuan yang sesuai untuk pembuatan perkakas-perkakas batu. Misalnya didaerah Punung (Daerah pacitan), lahat (Sumatera Selatan), Kalinda (lampung), Awang Bangkal (kalimantan Selatan), Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran dan Trunyan (Bali), BAtu Trung (Sumbawa), Flores dan Timor.
Tradisi alat serpih sendiri menghasilkan perkakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas, alat ini di gunakan sebagai penggaruk atau serut, gurdo, penusuk dan pisau. Alat serpih biasanya dibuat dari jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endapan.
Selain dua jenis alat tersebut diatas, ditemukan pula perkakas yang terbuat dari tulang. Alat-alat tulang ini berupa sudip dan mata tombak yang berbagai pada kedua belah sisinya., berukuran panjang kurang lebih 9,5 cm. Tanduk menjangan juga digunakan perkakaas. Tanduk umumnya digunakan sebagai pencukil atau balati.
Dari segi kehidupan social, pada masyarakat food gathering ini kehidupannya sangat menggantungkan diri pada alam. Daerah-daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Mereka pada umumnya menempati daerah-daerah pada rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang letaknya berdekatan dengan danau atau sungai.
Manusia pada pada masa ini hidup berkelompok dan berburu. Kehidupan menusia tersusun dari keluarga kecil yang saling berbagi tugas. Laki-laki umumnya melakukan perburuan. Pihak perempuan mengumpulkan bahan makanan yang tidak memerlukan tenaga yang terlalu besar. Perrempuan mempunyai peranan yang penting dalam menyeleksi tumbuhan-tumbuhan yang dapat dimakan.
Pada tahap akhir zaman berburu ditemukan bukti-bukti tentang kepercayaan manusia kepada kekuatan alam. Peninggalan-peniggalan lukisan di dinding gua yempat tinggal mereka mempunyai sifat magis. Pembuatan patung dewi kesuburan dan penguburan mayat dan disertai alat-alat batu menggambarkan suatu corak kepercayaan.
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mulai terbentuk pada tingkat hidup berburu makanan. Kehidupan social ekonomi mulai terlihat dari cara kerja mereka dalam berburu dan mencari makanan.
2. Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tidak terpisahkan dr usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidup pada masa-masa sebelumnya. Masa ini merupakan masa yang amat penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban manusia. Karena di masa ini penemuan beberapa sumber alam bertambah pesat.
Teknik bercocok tanam mereka pada awalnya adalah huma. Teknik ini dilakukan dengan cara membabat dan membersihkan suatu lokasi di hutan kemudian meraka tanami.
Dalam perkembangan berikutnya, system pertanian mereka semakin meningkat dengan ditemukannya tanaman padi sehingga berkembanglah system persawahan. Mereka juga mulai memelihara hewan ternak hasil penjinakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti itik dan ayam. Upaya mereka ini bias dikatakan sebagai pengumpulan persediaan makanan sehingga tidak perlu mengembara lagi.
Pada masa ini mulai ada tanda-tanda cara hidup menetap. Mereka mulai meninggalkan gua-gua. Pola hidup ini membuat hubungan dalam masyarakat pada saat ini semakin baik. Pola hidup ini menetapun telah mengakibatkan kehidupan social ekonomi makin berkembang dan lebih teratur.
Kehidupan social budaya pun semakin meningkat. Alat ni terlihat pada kemampuan membuat alat-alat kebutuhan hidup yang semakin baik kualitasnya, baik dari segi kehalusan maupun keindahan. Kemajuan ini antara lain dikarenakan mulai dikenalnya teknik mengupam batu. Alat-alat yang di upan umumnya adalah beluing, kapak batu, anak panah dan mata tombak. Beliung dan kapak batu ditemukan tersebar hamper di seluruh kepulauan Indonesia.
3. Masa Perundagian.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai menetap di desa-desa. Manusia sudah mampu mengatur kehidupannya menurut kebutuhan bersama yang dipusatkan dengan mengahasilkan makanan sendiri. Pada masa menetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatannya untuk mencapai hasil yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukannya dengan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan di bidang yang telah mereka geluti seperti pertanian, peternakan, pembuatan gerabah dsb.
Xaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Diantara teknologi baru yang di temukan pada masa ini adalah peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya
Pada masa ini kemampuan membuat benda-benda jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa ini mereka menguasai tehnologi peleburan logam dengan system pemanasan , pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam. Pada mzaman perundagian ini peralatan gerabah masih ditemukan dengan tehnologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat ini tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.
Pertanian masih merupakan usaha bersama masyarakat. Setelah sistem persawahan diterapkan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan. Dalam seni lukis terlihat kemajuan pesat yang menggambarkan kehidupan beragama yang semakin mantap. Dari sisi ekonomi pada masa ini mulai terjadi perdagangan dengan bangsa-bangsa lain. Dari segi social , kehidupan masyarakat ini semakin teratur.
D. Bangsa Austronesia Sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. Mereka inilah yang menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa :
1. Bangsa Melayu Tua ( Prato Melayu )
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kalidatang ke Nusantara pada tahun 1500 SM. Bangsa Melayu Tua memasuki wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu :
a. Jalur barat melalui Semenanjung Melayu (Malaysia) – Sumatera
b. Jalur timur melalui Philipina – Sulawesi
Bangsa Melayu memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada Homo Sapien di Indonesia. Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut Kebudayaan Batu Baru (Neolitikum). Segala peralatan terbuat dari batu , pembuatanya sudah dihaluskan. Hasil budaya zaman ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat ( Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali ). Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah Suku Dayak dan Suku Toraja.
2. Bangsa Melayu Muda ( Deutero Melayu )
Pada kurun waktu tahun 400 – 300 SM terjadi gelombang kedua nenek moyang bangsa Indonesia dating ke Nusantara. Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan berasimilasi dengan pendahulunya, bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu memasuki wilayah Nusantara melalui jalur barat. Mereka menempuh rute dari Yunan, Vietnam, Semenajung Melayu dan akhirnya tersebar ke seluruh Nusantara.
Bangsa Deutero Melayu memilliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalithikum yaitu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan terbuat dari batu besar. Hasil kebudayaan megalithikum yaitu menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Melayu Muda adalah Suku Jawa, Melayu, minang dan Bugis
E. Jenis-Jenis Manusia Purba Di Indonesia
Penemuan manusia purba pada lapisan pleistosen terdapat diberbagai tempat didunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut T. Jacob manusia memiliki ciri-ciri biologis berdiri tegak dan kapasitas otak besar. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia antara lain dipelopori oleh Eugene Dubois dari Belanda. Ny. Selenka, Ter Haar Oppenorrth dan Van koenigswold. Hasil-hasil penemuan manusia purba di Indonesia oleh para ahli tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo.
a. Megantropus Paleo Javanicus
Fosil dikatakan sebagai fosil manusia purba yang paling primitive. Megantropus Paleo Javanicus diartikan sebagai manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini pertama kali diketemukan oleh Van Koenigswald antara tahun 1936 – 1941 di daerah Sangiran. Daerah Sangiran termasuk dalam fauna jetis yang digolongkan dalam lapisan pleistosen bawah. Fosil yang ditemukan antara lain bagian rahang bawah, rahang atas kiri, dengan gigi geraham.
b. Pithecantropus
Fosil manusia purba pithecanthropus merupakan jenis fosil manusia purba yang apilng banyak diketemukan di Indonesia. Manusia purba jenis pithecanthropus ini diperkirakan hidup pada kala pleistosen awal, tengah dan akhir. Daerah-daerah penemuanya antara lain adalah Perning, Keung baubus, Trinil, Sangiran, Sambung Macan dan Ngandong. Berdasarkan fosil yang diketemukan, pithecanthropus juga dapat digolongkan dalam beberapa jenis. Adapun jenisnya adalah :
1) Pithecantropus Mojokertensis
Fosil Pithecantropus Mojokertensis dikatakan sebagai jenis manusia purba jenis Pithecantropus yang tertua. Fosil ini diketemukan didaerah Pucangan dan juga Mojokerto. Pithecantropus Mojokertensis ini dikenal juga sebagai Pithecantropus Robustus
Penemuan fosil ini terjadi pada tahun 1939 yang ditemukan oleh Van Koenigwald, penemuan awalnya berupa fosil tengkorak anak-anak. Fosil-fosil berasal dari lapisan pleistosen bawah. Dari hasil keseluruhan disimpulkan bahwa Pithecantropus Mojokertensis memiliki cirri berbadan tegap, mempunyai tonjolan kening yang tebal dan tulang pipi yamg kuat.
2) Pithecantropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecantropus Erectus merupakan fosil Pithecantropus yang pertama kali ditemukan. Disamping itu fosil Pithecantropus Erectus juga memiliki penyebaran yang lebih luas. Fosil Pithecantropus Erectus pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois antara tahun 1890 – 1892 di daerah Trinil. Daerah ini termasuk pada lapidsan Pleistosen tengah. Pithecantropus Erectus diartikan juga dengan manusia yang berjalan tegak. Hal tersebut disimpulkan dari penemuan tulang pahanya.
3) Pithecantropus Soloensis
Pithecantropus Soloensis diartikan sebagai manusia kera dari Solo. Fosil Pithecantropus Soloensis pertama kali ditemukan oleh Van Koenigwald dan Weidenreich pada tahun 1931 – 1934. fosil manusia purba ini ditemukan didaerah Ngandong dekat sungai Bengawan Solo. Pithecantropus Soloensis memiliki tengkorak yang lonjong, tebal dan massif. Manusia jenis ini lebih tinggi tingkatannya dari Pithecantropus Erectus.
c. Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan didesa Wajak, Tulungagung Jawa Timur tahun 1889 oleh Van Reistsotten. Manusia purba jenis Homo Wajakensisini digolongkan sebagai Homo Sapiens pertama di Asia.
F. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
a. Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang
Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang dapat dilihat dari sisa-sisa peninggalan manusia yang hidup di gua-gua berupa tulang belulang manusia yang telah dikuburkan. Sisa-sisa peninggalan pemujaan roh nenek moyang dapat dilihat dari penemuan bangunan Megalithikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus dan punden berundak
b. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memilki roh atau jiwa. Awal dari munculnya kepercayaan animisme didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan.
c. Kepercayaan bersifat Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Berkembangnya kepercayaan seiring dengan berkembangnya kepercayaan terhadap roh nenek moyang maupun animisme. Peristiwa kemunculanyapun tidak jauh berbeda dengan proses kemunculan kepercayaan animisme yang disdasarkan pada pengalaman masyarakat. Pengalaman terus berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi
d. Kepercayaan bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan monoisme muncul berdasarkan pengalaman dari masyarakat. Melaui pengalaman itu pola piker masyarakat berkembang. Disamping kepercayaan tersebut diatas, mereka juga melakukan kebiasaan sebagai berikut :
1. Memuja Dewi Kesuburan
Hal ini bias dilihat di Candi Sukun di Karanganyar (Jawa Tengah). Dipulau Jawa Dewi dipuja sebagai Dewi kesuburan dan perlindungan padi
2. Kepercayaan tentang tumbal
Tumbal sebagai sesuatu yang digunakan untuk menolak bahaya
3. Ruwatan
Ruwatan sebagai suatu upacara yang bertujuan untuk mengembalikan seseorang atau masyarakat kepada kedudukan semula
Berdasarkan hasil penelitian sejarah purba yang dilakukan oleh sejarawan Belanda, Van Heine Geldern menerangkan bahwa sejak tahun 500 sebelum masehi, mengalirlah perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan daratan Asia termasukkepulauan Indonesia disebut austronesia (Austro artinya selatan, nesos artinya pulau). Bangsa Austronesia mendiami wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pulau yang membentang dari madagaskar sampai ke pulau paskah dan Taiwan sampai selandia baru.
Pendapat Yan Heine Gelden ini diperkuat dengan penemuan peralatan manusia purba beliung batu yang berbentuk persegi di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian barat.
Perpindahan penduduk gelombang kedua terjadi pada tahun 400-300 sebelum masehi bersamaan dengan zaman perunggu. Oleh karena itu, kebudayaan perunggu di Indonesia disebut kebudayaan Dangson, dengan demikian dapat disimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Austronesia yang telah menetap di yunan. PEndapat demikian dikemukakan oleh H.Kern pada tahun 1899 hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia, disimpulkan bahwa bahasa daerah tersebut dahulunya berasal dari satu rumpun bahasa ynag disebut bahasa Austronesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan disejitar hulu sungai salwen dan sungai Mekong yang tanahnya sangat subur diperkirakan karena bencana alam dan serangan suku bangsa lain. Alat yang digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk mencapai nusantara adalah perahu bercandik. Mereka berlayar secara berkelompok dan merupakan pelaut yang ulung.
B. Teori tentang asal-usul manusia
Manusia muncul pada kala Pleistosen kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Manusia dikelompokan kedalam kelompok primate. Secara evolusi perkembangan fisik golongan primate menunjukan ciri-ciri khusus. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pewarisan dan lingkungansatuan pewarisan terkecil disebut Ojena. Manusia temasuk dalam famili Homiidae yang memiliki volume otak yang lebih besar. Sub famili Hominidae adalah Austrolopithecus yang memiliki volume otak berkisar kurang lebih 550 cc. Austrolopithecus terdiri dari tiga genus yajni Austrolopithecus Africanus, Austrolopithecus Robestus, dan Austrolopithecus Boisei.
C. Perikehidupan Masyarakat Awal
1. Masa berburu dan meramu makanan.
Kehidupan awal dari zaman berburu dan meramu makanan masih sangat sederhana. Dari sisa kehidupan Pleistosen yang berhasil ditemukan menunjukan kemampuan manusia yang masih terbatas dalam memanfaatkan bahan-bahan yang masih disediakan oleh alam. Alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan cara pembuatan yang sederhana. Alat-alat terutama digunakan untuk pencarian dan pengaolahan bahan makanan berupa daging hewan dan ubi-ubian.
Peninggalan yang banyak ditemukan pada masa ini adalah kerangka manusia dan hewan yang telah membatu. Berbagai peninggalan tersebut ditemukan di Trinil, Ngandong, Samung dan Tomala. Manusia yang hidup di masa ini adalah Megantropus dan Pithecntropus. Pada masa akhir zaman berburu dan meramu makanan sudah mulai ada ras pokok dan penduduk.
Teknologi manusia, yang pada tingkat permulaan mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaan saja, makin lama makin menigkat kea rah penyempurnaan bentuk perkakas keperluan hidup. Tradisi pembuatan alat-alat pada tingkat ini di Indonesia dibagi menjadi dua macam bentuk pokok, yaitu tradisi kapak primbas dan tradisi serpih yang merupakan budaya pacitan.
Kapak primbas yang merupakan salah satu budaya material adalah jenis kapak genggam dan berbentuk besar. Teknik pembuatan pada umumnya masih kasar dan mengalami perubahan dalam jangka waktu yang panjang. Tradisi kapak perimbas di Indonesia mempunyai daerah sebaran yang luas, terutama berkembang di daerah yang banyak mengandung bahan batuan yang sesuai untuk pembuatan perkakas-perkakas batu. Misalnya didaerah Punung (Daerah pacitan), lahat (Sumatera Selatan), Kalinda (lampung), Awang Bangkal (kalimantan Selatan), Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran dan Trunyan (Bali), BAtu Trung (Sumbawa), Flores dan Timor.
Tradisi alat serpih sendiri menghasilkan perkakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas, alat ini di gunakan sebagai penggaruk atau serut, gurdo, penusuk dan pisau. Alat serpih biasanya dibuat dari jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endapan.
Selain dua jenis alat tersebut diatas, ditemukan pula perkakas yang terbuat dari tulang. Alat-alat tulang ini berupa sudip dan mata tombak yang berbagai pada kedua belah sisinya., berukuran panjang kurang lebih 9,5 cm. Tanduk menjangan juga digunakan perkakaas. Tanduk umumnya digunakan sebagai pencukil atau balati.
Dari segi kehidupan social, pada masyarakat food gathering ini kehidupannya sangat menggantungkan diri pada alam. Daerah-daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Mereka pada umumnya menempati daerah-daerah pada rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang letaknya berdekatan dengan danau atau sungai.
Manusia pada pada masa ini hidup berkelompok dan berburu. Kehidupan menusia tersusun dari keluarga kecil yang saling berbagi tugas. Laki-laki umumnya melakukan perburuan. Pihak perempuan mengumpulkan bahan makanan yang tidak memerlukan tenaga yang terlalu besar. Perrempuan mempunyai peranan yang penting dalam menyeleksi tumbuhan-tumbuhan yang dapat dimakan.
Pada tahap akhir zaman berburu ditemukan bukti-bukti tentang kepercayaan manusia kepada kekuatan alam. Peninggalan-peniggalan lukisan di dinding gua yempat tinggal mereka mempunyai sifat magis. Pembuatan patung dewi kesuburan dan penguburan mayat dan disertai alat-alat batu menggambarkan suatu corak kepercayaan.
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mulai terbentuk pada tingkat hidup berburu makanan. Kehidupan social ekonomi mulai terlihat dari cara kerja mereka dalam berburu dan mencari makanan.
2. Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tidak terpisahkan dr usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidup pada masa-masa sebelumnya. Masa ini merupakan masa yang amat penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban manusia. Karena di masa ini penemuan beberapa sumber alam bertambah pesat.
Teknik bercocok tanam mereka pada awalnya adalah huma. Teknik ini dilakukan dengan cara membabat dan membersihkan suatu lokasi di hutan kemudian meraka tanami.
Dalam perkembangan berikutnya, system pertanian mereka semakin meningkat dengan ditemukannya tanaman padi sehingga berkembanglah system persawahan. Mereka juga mulai memelihara hewan ternak hasil penjinakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti itik dan ayam. Upaya mereka ini bias dikatakan sebagai pengumpulan persediaan makanan sehingga tidak perlu mengembara lagi.
Pada masa ini mulai ada tanda-tanda cara hidup menetap. Mereka mulai meninggalkan gua-gua. Pola hidup ini membuat hubungan dalam masyarakat pada saat ini semakin baik. Pola hidup ini menetapun telah mengakibatkan kehidupan social ekonomi makin berkembang dan lebih teratur.
Kehidupan social budaya pun semakin meningkat. Alat ni terlihat pada kemampuan membuat alat-alat kebutuhan hidup yang semakin baik kualitasnya, baik dari segi kehalusan maupun keindahan. Kemajuan ini antara lain dikarenakan mulai dikenalnya teknik mengupam batu. Alat-alat yang di upan umumnya adalah beluing, kapak batu, anak panah dan mata tombak. Beliung dan kapak batu ditemukan tersebar hamper di seluruh kepulauan Indonesia.
3. Masa Perundagian.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai menetap di desa-desa. Manusia sudah mampu mengatur kehidupannya menurut kebutuhan bersama yang dipusatkan dengan mengahasilkan makanan sendiri. Pada masa menetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatannya untuk mencapai hasil yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukannya dengan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan di bidang yang telah mereka geluti seperti pertanian, peternakan, pembuatan gerabah dsb.
Xaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Diantara teknologi baru yang di temukan pada masa ini adalah peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya
Pada masa ini kemampuan membuat benda-benda jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa ini mereka menguasai tehnologi peleburan logam dengan system pemanasan , pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam. Pada mzaman perundagian ini peralatan gerabah masih ditemukan dengan tehnologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat ini tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.
Pertanian masih merupakan usaha bersama masyarakat. Setelah sistem persawahan diterapkan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan. Dalam seni lukis terlihat kemajuan pesat yang menggambarkan kehidupan beragama yang semakin mantap. Dari sisi ekonomi pada masa ini mulai terjadi perdagangan dengan bangsa-bangsa lain. Dari segi social , kehidupan masyarakat ini semakin teratur.
D. Bangsa Austronesia Sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. Mereka inilah yang menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa :
1. Bangsa Melayu Tua ( Prato Melayu )
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kalidatang ke Nusantara pada tahun 1500 SM. Bangsa Melayu Tua memasuki wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu :
a. Jalur barat melalui Semenanjung Melayu (Malaysia) – Sumatera
b. Jalur timur melalui Philipina – Sulawesi
Bangsa Melayu memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada Homo Sapien di Indonesia. Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut Kebudayaan Batu Baru (Neolitikum). Segala peralatan terbuat dari batu , pembuatanya sudah dihaluskan. Hasil budaya zaman ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat ( Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali ). Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah Suku Dayak dan Suku Toraja.
2. Bangsa Melayu Muda ( Deutero Melayu )
Pada kurun waktu tahun 400 – 300 SM terjadi gelombang kedua nenek moyang bangsa Indonesia dating ke Nusantara. Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan berasimilasi dengan pendahulunya, bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu memasuki wilayah Nusantara melalui jalur barat. Mereka menempuh rute dari Yunan, Vietnam, Semenajung Melayu dan akhirnya tersebar ke seluruh Nusantara.
Bangsa Deutero Melayu memilliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalithikum yaitu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan terbuat dari batu besar. Hasil kebudayaan megalithikum yaitu menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Melayu Muda adalah Suku Jawa, Melayu, minang dan Bugis
E. Jenis-Jenis Manusia Purba Di Indonesia
Penemuan manusia purba pada lapisan pleistosen terdapat diberbagai tempat didunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut T. Jacob manusia memiliki ciri-ciri biologis berdiri tegak dan kapasitas otak besar. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia antara lain dipelopori oleh Eugene Dubois dari Belanda. Ny. Selenka, Ter Haar Oppenorrth dan Van koenigswold. Hasil-hasil penemuan manusia purba di Indonesia oleh para ahli tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo.
a. Megantropus Paleo Javanicus
Fosil dikatakan sebagai fosil manusia purba yang paling primitive. Megantropus Paleo Javanicus diartikan sebagai manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini pertama kali diketemukan oleh Van Koenigswald antara tahun 1936 – 1941 di daerah Sangiran. Daerah Sangiran termasuk dalam fauna jetis yang digolongkan dalam lapisan pleistosen bawah. Fosil yang ditemukan antara lain bagian rahang bawah, rahang atas kiri, dengan gigi geraham.
b. Pithecantropus
Fosil manusia purba pithecanthropus merupakan jenis fosil manusia purba yang apilng banyak diketemukan di Indonesia. Manusia purba jenis pithecanthropus ini diperkirakan hidup pada kala pleistosen awal, tengah dan akhir. Daerah-daerah penemuanya antara lain adalah Perning, Keung baubus, Trinil, Sangiran, Sambung Macan dan Ngandong. Berdasarkan fosil yang diketemukan, pithecanthropus juga dapat digolongkan dalam beberapa jenis. Adapun jenisnya adalah :
1) Pithecantropus Mojokertensis
Fosil Pithecantropus Mojokertensis dikatakan sebagai jenis manusia purba jenis Pithecantropus yang tertua. Fosil ini diketemukan didaerah Pucangan dan juga Mojokerto. Pithecantropus Mojokertensis ini dikenal juga sebagai Pithecantropus Robustus
Penemuan fosil ini terjadi pada tahun 1939 yang ditemukan oleh Van Koenigwald, penemuan awalnya berupa fosil tengkorak anak-anak. Fosil-fosil berasal dari lapisan pleistosen bawah. Dari hasil keseluruhan disimpulkan bahwa Pithecantropus Mojokertensis memiliki cirri berbadan tegap, mempunyai tonjolan kening yang tebal dan tulang pipi yamg kuat.
2) Pithecantropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecantropus Erectus merupakan fosil Pithecantropus yang pertama kali ditemukan. Disamping itu fosil Pithecantropus Erectus juga memiliki penyebaran yang lebih luas. Fosil Pithecantropus Erectus pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois antara tahun 1890 – 1892 di daerah Trinil. Daerah ini termasuk pada lapidsan Pleistosen tengah. Pithecantropus Erectus diartikan juga dengan manusia yang berjalan tegak. Hal tersebut disimpulkan dari penemuan tulang pahanya.
3) Pithecantropus Soloensis
Pithecantropus Soloensis diartikan sebagai manusia kera dari Solo. Fosil Pithecantropus Soloensis pertama kali ditemukan oleh Van Koenigwald dan Weidenreich pada tahun 1931 – 1934. fosil manusia purba ini ditemukan didaerah Ngandong dekat sungai Bengawan Solo. Pithecantropus Soloensis memiliki tengkorak yang lonjong, tebal dan massif. Manusia jenis ini lebih tinggi tingkatannya dari Pithecantropus Erectus.
c. Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan didesa Wajak, Tulungagung Jawa Timur tahun 1889 oleh Van Reistsotten. Manusia purba jenis Homo Wajakensisini digolongkan sebagai Homo Sapiens pertama di Asia.
F. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
a. Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang
Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang dapat dilihat dari sisa-sisa peninggalan manusia yang hidup di gua-gua berupa tulang belulang manusia yang telah dikuburkan. Sisa-sisa peninggalan pemujaan roh nenek moyang dapat dilihat dari penemuan bangunan Megalithikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus dan punden berundak
b. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memilki roh atau jiwa. Awal dari munculnya kepercayaan animisme didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan.
c. Kepercayaan bersifat Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Berkembangnya kepercayaan seiring dengan berkembangnya kepercayaan terhadap roh nenek moyang maupun animisme. Peristiwa kemunculanyapun tidak jauh berbeda dengan proses kemunculan kepercayaan animisme yang disdasarkan pada pengalaman masyarakat. Pengalaman terus berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi
d. Kepercayaan bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan monoisme muncul berdasarkan pengalaman dari masyarakat. Melaui pengalaman itu pola piker masyarakat berkembang. Disamping kepercayaan tersebut diatas, mereka juga melakukan kebiasaan sebagai berikut :
1. Memuja Dewi Kesuburan
Hal ini bias dilihat di Candi Sukun di Karanganyar (Jawa Tengah). Dipulau Jawa Dewi dipuja sebagai Dewi kesuburan dan perlindungan padi
2. Kepercayaan tentang tumbal
Tumbal sebagai sesuatu yang digunakan untuk menolak bahaya
3. Ruwatan
Ruwatan sebagai suatu upacara yang bertujuan untuk mengembalikan seseorang atau masyarakat kepada kedudukan semula