Antropologi

BAB I

A. Pengertian Antropologi
Secara etimologis, antropologi berasal dari bahasa Yunani “antropos” yang berarti manusia dan “logos” yang berarti studi atau kajian. Antropologi berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia. Antroplogi memandang manusia sebagai makhluk yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial dan kebudayaannya.
Menurut Rafith L. Beals dan Harry hoijen (1954) antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan semua apa yang dikerjakannya. Menurut Allan H Smith dan John L Fischer antropologi berusaha melihat manusia dengan segala aspeknya. Menurut Thomas Hylland Erikksen antropologi menguraikan hubungan antara berbagai aspek kehidupan masyarakat dalam perwujudan manusia sebagai makhluk sosial.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi
Pada awal perkembangannya, antropologi hanya tertarik mempelajari kelompok-kelompok kecil kecil masyarakat, suku-suku, kebudayaan, kampung-kampung serta minoritas, namun sekarang antropologi telah lebih maju dengan mempelajari manusia dan berbagai segi, baik yang telah maju maupun yang primitif. Antropologi termasuk ilmu-imu sosisal yang mempunyai sejarah tersendiri. Antropoli disebut ilmu baru atau ilmu muda karena perkembangan antropologi relatif baru, yaitu sejak abad ke-20. Antropologi juga bisa disebut ilmu tua karena sejarahnya.
Herodotus sering disebut sebagai bapak etnografi. Ia menulis bangsa mesir yang dianggap tulisan etnografi yang terkuno. Ia berkata “Bangsa diluar Yunani adalah bangsa bar-bar yang berarti orang yang bebicara gagap dan bangsa yang setengah liar. Antropologi dikenal sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya international symposium on antropologi pada tahun 1951. Symposium dihadiri oleh dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara dikawasan eropa, amerika dan uni soviet. Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi kedalam 4 fase, yaitu fase pertama bercirikan adanya bahan-bahan dekripsi suku bangsa yang ditulis para musyafir, penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua sampai fase ketiga merupakan kelanjutannya. Antropologi semakan berkembang baik mencakup teori maupun metode kajiannya. Fase keempat merupakan tahap baru yang menunjukkan perkembangan antropologi setelah tahun 1970-an.
Himpunan kisah-kisah perjalanan tersebut menimbulkan 3 macam sikap dari masyarakat eropa barat :
1. Bahwa orang-orang atau masyarakat tersebut dianggap bukan manusia sebenarnya dan dianggap sebagai masyarakat primitif dan belum beradap.
2. Bhwa masyarakat luar eropa adalah contoh dari masyarakat yang masih murni (nobel savage), belum dirasuk oleh kejahatan sebagaimana masyarakat barat saat itu.
3. Sejumlah orang tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang masyarakat yang asing tersebut dan kemudian mulai menghimpun catatan serta benda-benda dalam sebuah museum kebudayaan masyarakat luar eropa.
Masyarakat eropa dianggap adalah contoh masyarakat dan kebudayaan yang paling tinggi tingkat perkembangannya dan masyarakat luar eropa adalah contoh masyarakat yang paling rendah tingkat perkembangannya.

C. Ruang Lingkup Antropologi
Ruang lingkup dan kajian antropologi memfokuskan kepada.Iima masalah, yaitu:
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dad ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi biologi.
2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia.
4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
Antropologi kemudian rnengalami suatu perkembangan ruang lingkup dan batas
keilmuan yang luas. Antropologi ingin memahami:
1. Sejarah asal perkembangan manusia secara biologis dan segala vadasi ciri-ciri tubuh makhluk manusia (paieo-antropologi dan antropologi fisik)
2. Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran bahasa (etnolinguistik)
3. Sejarah asal perkembangan dan penyebaran serta prinsip-prinsip dasar aneka warna kebudayaan (prehistori dan etnologi).
1. Antropologi fisik
2. Antropologi budaya
1. Etnologi
2. Linguistik
3. Arkeologi
Cabang-cabang antropologi menurut Koentjaraningrat yang terbagi atas :
a. Antropologi biologi (antropologi fisik dalam arti luas) :
1. Paeloantropologi
2. Antropologi fisik
b. Antropologi budaya :
1. Prehistori
2. Etnolinguistik
3. Etnologi
4. Etnospikologi
5. Antropologi spesialisasi
Antropologi fisik dalam arti luas mempelajari manusia dari segi biologi, misalnya bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya.
Paleoantropologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul dan perkembangan manusia dengan fosil sebagai objek penelitiannya.
Etnopsikologi adalah bidang antropologi yang dalam analisanya menggunakan konsep-konsep psikologi. Etnopsikologi muncul terkait dengan masalah kepribadian bangsa, peranan individu dengan perubahanadat istiadat dan nilai universal dari dari konsep-konsep psikologi.
Keterkaitan antara antropologi dengan beberapa bidang ilmu lainnya, diantaranya adalah engan ilmu administrasi, ilmu polotik, ilmu sejarah dan psikologi.

D. Hubungan antropologi dengan ilmu lain.
1. Hubungan antropologi dengan sosiologi
Antropologi dan sosiologi sama-sama mempelajari masyarakat dan kebudayaannya.
2. Hubungan antropologi dengan sejarah.
Kedua ilmu ini saling mengisi baik dari sei metode maupun sumbernya
3. Hubungan antropologi dengan ekonomi
Aktivitas ekonomi suatu masyarakat tidak lepas dari sikap hidup sistem nialai budaya dan pasangan hidup.
4. Hubungan antropologi dengan geologi.
Sumbangan geologi sangat penting dalam sub-ilmu prehistori, terutama dalam penentuan bekaas peninggalan kebudayaan purba dalam lapisan bumi.
5. Hubungan antropologi dengan psikologi
Antropologi dengn psikologi sama-sama saling membutuhkan dalam objek penyelidikannya.

E. Metode ilmiah dalam antropologi
Metode ilmiah adalah segala jalan dan cara yang sistimatis yang ditempuh oleh suatu keilmuan dalam mencapai sesuatu kesatuan pengetahuan. Dalam antropologi setidaknya ada 3 tahapan, yaitu :
1. Pengumpulan fakta
2. Penentuan ciri-ciri umum dan sistem
3. Verifikasi


BAB II
TEORI-TEORI ANTROPOLOGI

A. Teori Evolusionisme
Disiplin ilmu Astropologi memperoleh tempat sebagai salah satu ilmu pengetahuan setelah menerapkan teori, konsep, dan metode sebagaimana yang dikembankan oleh ilmu pengetahuan alam.
Dampak seleksi alamiah adalah pada perubahan anatomis dan struktual spesies teori evolusi Darwin mempengaruhi kuat pemikiran intelektual dalam separuh kedua abad ke-19. menurut Charles Darwin seleksi dan adaptasi adalah proses evolusi yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan ekologis sekitar. Penguasa eropa lain yang juga mengadopsiteori Darwin diantaranya adalah spanyol, portugis, inggris, belanda (anda dapat mengidentifikasi kejahatan dan ketidak adilan mereka terhadap peadaban manusia diluar eropa.

B. Teori Difusionisme
Dalam rangka menjelaskan asal mula terjadinya aneka ragam masyarakat dan kebudayaan manusia diseluruh belahan dunia selain dikenal adanya teori evolusi jugadikenal adanya teori difusi. Difusi adalah persebanran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi manusia. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain akan menularkan budaya tertentu. Survival adalah daya eksis budaya. Survival tidak lain merupakan daya tahan budaya tersebut setelah mendapatkan pengaruh budaya lain sehingga menimbulkan makna baru.
Prinsip utama difusi adalah kebudayaan masa lalu dapat direkontruksi ulang pada budaya sekarang dan mendatang. Internalisasi adalah proses penanaman busaya yang menyangkut kepribadian seperti perasaan, hasrat, nafsu dan sebagainya. Akulturasi adalah kontak budaya satu dengan yang lain sehingga terjadi penyatuan budaya. Asimilasi adalah campuran kental dari dua budaya atau lebih seperti sinkretisme antara hindu jawa menjadi kaum abangan. Invensi adalah temuan-temuan baru budaya sehingga menghasilkan inovasi yang meyakinkan. Inovasi adalah langkah strategis untuk memperbaharui budaya tertentu agar lebih fungsional bagi pendukungnya.
Persoalan penting yang perlu mendapat perhatian bagi peneliti difusi budaya antara lain menyangkut masalah :
a. Budaya mana yang mudah dan yang sukar diterima.
b. Budaya mana yang telah diganti, asli, dan campuran
c. Keadaan komunitas budaya panarima dan pembeli
d. Proses terjadinya difusi bagaimana dan
e. Sarana pendukung serta penghambat terjadinya difusi

C. Teori Fungsionalisme
Dalam menganalisa masyarakat dan kebudayaan umat manusia, salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fungsionalisme. Teori Fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinovski yang dapat banyak pengaruh dari ilmu psikologi.
Aksioma dasar fungsionalisme budaya adalah :
a. Budaya merupakan sarana intrumental yang menempatkan manusia pada posisi istimewa agar mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan lingkungannya.
b. Budaya merupakan sebuah sistem dari objek, aktivitas, dan sikap yang bertujuan untuk mencapai sasaran tertentu.
c. Budaya merupakan bagian integral yang setiap unsur saling tergantung.
d. Aktivitas, sikap dan objek budaya akan terirganisisr kedalam institusi seperti keluarga, klan, politik, pendidikan dan sebagainya.
e. Dari sudut pandang dinamika budaya dapat dilihat pada masing-masing institusi.
Merton memberikan rumusan tentang perbedaan fungsi manifes dan fungsi laten (fungsi tampak dan fungsi terselubung) dalam suatu tindak unsur budaya. Fungsi manifes ialah kosekwensi objektif yang memberikan sumbangan pada penyesuaian sistem yang dikehendaki dan disadari oleh partisipansistem tersebut. Fungsi laten adalah konsekwensi objektif dari suatu ihwal budaya yang tidak dikehendaki maupun disadari oleh masyarakat.
Aspek-aspek kehidupan masyarakat dapat terungkap sehingga fungsi dan maknanya semakin jelas. Hal ini dapat dilihat ketika dia menampilkan kajian fungsional masyarakat trobriand antara lain tentang ;
1. Sistem kula (barter) dengan lingkungan sekitar, ciri fisik kepulauan, pola pemukiman komunitas, barang yang diperdagangkan
2. Sistem kekerabatan kaitannya dengan kula
3. Sistem pimpinan desa
4. Teknik pembuatan perahu bercadik
5. Upacara keagamaan sebelum dan sesudah kula
Menurut malinovski ada beberapa syarat seorang peneliti yang ingin melukiskan etnografi budaya tertentu secara fungsional. Syarat tersebut antara lain :
1. Harus mengusai bahasa lokal setempat
2. Mengumpulkan dan mencatat unsur-unsur budaya yang terkait seperti keagamaan, kesenian, sosial, ekonomi dan sebagainya.
3. Mlakukan observasi mendalam secara real tenteng fenomena budaya.
Ada tiga abstraksi fungsi sosisal adat tatacara dan pranata sosial yaitu :
1. Abstraksi berkaitan dengan adat, tingkah laku, dan pranata sosial yang lain
2. Abstraksi terkait dengan yang dikonsepsikan masyarakat yang bersangkutan
3. Abstraksi terkait dengan kebutuhan mutlak berlangsungnya hidup secara integrasi
Catatan penting pengambilan data fungsionalisme ada 3 hal juga yaitu :
1. Aspek-aspek kebudayaan tidak dapat dipelajari dalam keadaan terisolasi
2. Seseorang tidak boleh menyandarkan kepercayaan pada aturan-aturan atau deskripsi informan untuk melihat realitas sosial
3. Jika seseorang memahami apa yang sesungguhnya dilakukan dan menempatkan pada kontek yang seharusnya, mau tidak mau dia mengakui bahwa apabila masyarakat yang tidak beradap, tidak kurang rasional dari kita sendiri, maka paling tidak ia berpikiran sehat.

D. Teori Strukturalisme
Claude Levi Stauss adalah tokoh dari teori strukturalisme, sumbangan yang paling dikenal dari Levi Strauss adalah pemikirannya dalam teori oposisi benar.
Jika dalam bahasa ada konsep la languge, yaitu keseluruhan sistem tanda yang dimiliki kelompok orang yang menggunakan sistem tanda itu, yaitu tindak bicara konkrit seseorang individu yang pada saat tertentu menggunakan sistem tanda itu untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Ada aspek diaronik dan sinkron dalam mitos. Aspek sinkron adalah mitos yang diyakini sebagai peristiwa masa lampau, namun masih relevan untuk masa kini dan aspek diaronik adalah mitos yang berasal dari masa lampau, tetapi tetap ada sampai masa sekarang.
Adanya oposisi biner, seperti dalam konsep berfikir orang jawa, akan melahirkan pasangan : lahir-batin, ala-becik, bener-luput, begja-celaka, bapa-biyung, kaken-kaken ninen-ninen, mimi-mintuna, kawula-Gusti, dan masih banyak lagi. Kata-kata berpasang itu merupakan transformasi ideologi orang jawa.

E. Teori Struktural-Fungsionalisme
Radcliffe-Brown mengkaji gejala sosial yang ada dimasyarakat dengan menawarkan konsep struktur sosial. Menurutnya, masyarakat adalah sistem sosial yang mempunyai struktur seperti halnya molekul atau organiisme.
Radcliffe-Brown adalah salah seorang rekan Malinowski. Ia banyak dipengaruhi oleh ahli sosiologi dari perancis yang terkenal, Emile Durkheim, melalui penulisannya berkenaan dengan keteraturan sosial.
Istilah fungsi dalam struktur sosial adalah fenomena sosial yang dilihat dalam masyarakat manusia bukanlah semata-mata keadaan individu, tetapi dilihat hasil struktur sosial yang menyatukan mereka.
Metedologi deskripsi yang digunakan dapat meliputi lima hal yaitu :
1. agar suatu masyarakat dapat hidup langsung.
2. tiap unsur dalam sistem sosial dan setiap gejala atau benda mempunyai efek
solidaritas masyarakat.
3. sentimen itu ditimbulkan dalam fikiran individu warga masyarakat sebagai akibat
pengaruh hidup masyarakat.
4. adat dan upacara adalah wahana ekspresi sentimen secara kolektif dan berulang-
ulang saat tertentu.
5. ekspresi kolektif sentimen tertentu memelihara intensitas sentimen itu dalam jiwa
masyarakat, dan bertujuan untuk meneruskannya kepada warga dalam generasi
berikutnya.
Fungsional struktural adalah model penelitian yang banyak memperhatikan keterkaitan antar unsur budaya dalam memenuhi fungsinya.

BAB III
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

A. Konsep Kebudayaan
Secara etimologis, menurut Koenjaraningrat, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah, bentuk jamak dari budhi yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki oleh manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.
Fungsi akal adalah untuk berpikir, kemampuan berpikir manusia mempunyai fungsi mengingatkan kembali apa yang telah diketahui sebagai tugas dasarnya untuk memecahkan masalah dan akhirnya membentuk tingkah laku. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan. Nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode, seperti rasionalisme, empirisme, dan metode ilmiah.
Kebudayaan bernilai tinggi sering disebut peradaban (civilization). Istilah peradaban dipakai untuk menunjukan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan.

B. Fungsi Kebudayaan
Ahli Antropologi Amerika Ralp Linton (1994) menganggap kedudayaan adalah warisan sosial. Warisan sosial tersebut mempunyai dua fungsi bagi penyesuaian diri dengan masyarakat dan fungsi bagi penyesuain diri dengan lingkungan.
1. Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta keterampilan-keterampilan sosial.
2. Enkulturasi
Enkulturasi artinya pembudayaan. Yang dimaksud disini adalah proses membudayakan anak manusia agar menjadi manusia yang berbudaya.
3. Intenalisasi
Internalisasi adalah proses penerimaan dan menjadikan warisan sosial (pengetahuan budaya) sebagai isi kepribadian yang dinyatakan dalam prilaku sehri-hari selama hayat dikandung badan.
Menurut Koentjaraningrat meliputi tujuh unsur, yakni : Bhasa, Sistem pengetahuan, Organisasi Sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencahariaan hidup, Sistem religi dan Kesenian.

C. Sifat-sifat Kebudayaan
1. Kebudayaan Diperoleh dari Belajar
Kebudayaan yang dimiliki oleh manisia dimiliki dengan cara belajar. Cara belajar tidak diturunkan secara biologis atau pewarisan secara genetis.
2. Kebudayaan Milik Bersama
Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan seorang individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para ahli antropologi membatasi diri untuk berpendapat bahwa suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.
Pengertian masyarakat sendiri dalam antropologi adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa yang biasanya tidak dimengerti oleh penuduk tetangganya.
3. Kebudayaan sebagai Pola
Dalam setiap masyarakat, para anggotanya mengembangkan sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cendrung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yangoleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma.
Pembatasan kebudayaan terbagi dalam 2 jenis, yaitu : pembatasan kebudayaan yang langsung dan pembatasan kebudayaan yang tidak langsung. pembatasan langsung terjadi ketuka kita mencoba melakukan suatu hal yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim atau bahkan hal yang dianggap melanggar kata kesopanan atau yang ada.
Contoh dari pembatasan langsung misalnya ketika seseorang melakukan kegiatan seperti berpakaian yang tidak pantas. Dalam pembatasan tidak langsung aktifitas yang dilakukan oleh orang yang melanggar tidak dihalangi atau dibatasi secara langsung, tetapi kegiatan tersebut tidak mendapat respon atau tanggapan dari anggota kebudayaan yang lain karena tidak dipahami atau dimengerti oleh mereka.
4. Kebudayaan bersifat Dinamis dan Adaptis.
Pada umumnya kebudayaan dikatakan bersifat adaptis karena kebudayaan melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan-kebutuhan fisiologi dari bahan mereka dan penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis maupun pada lingkungan sosial.

D. Wujud Kebudayaan
Talcot Parson dan A.L. Kroeber membedakan wujud budaya sebagai suatu sistem dari gagasan-gagasan serta konsep-konsep dan wjud budaya manusia sebagai rangkaian tindakan dan aktifitas manusia yang berpola.
Menurut Koentjaraningrat (1981) kebudayaan mempunyai paling sedikit 3 wujud yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilsi-nilsi, norma-norma, peraturan dan sebagainya
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam bermasyarakat
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia
Wujud pertama adalah wukud ide dari kebudayaan, Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau difoto, lokasinya ada dalam pikiran warga masyarakat.
Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial mengenai kelakuan berpola manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktifitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain, yang dari detik ke detik, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun.
Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik yang merupakan hasil fisik dan aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya paling kngkret berupa benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto.
J.J Hoingman melihat bahwa kebudayaan adalah sebuah rangkaian dari ide menjadi tindakan terpola dan menghasilkan benda dari akibat tindakan berpola tersebut. Ia membagi kebudayaan dalam 3 wujud yaitu :
1. Kebudayaan sebagai perangkat ide, gagasan, norma, nilai yang bersifat abstrak, berada dalam alam pikiran, menjadi jiwa dari masyarakat dan sering disebut sebagai sistem budaya atau adat istiadat.
2. Kebudayaan sebagai seperangkat dari aktivitas yaitu rangkaian tindakan-tindakan dalam berinteraksi, kongkrit, dapat diobservasikan dan disebut sebagai sistem sosial.
3. Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya dari tindakan terpola manusia yang disebut sebagai kebudayaan fisik, kongkrit dan dapat diobservasi.
Berdasarkan wujudnya tersebut kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama :
1. Kebudayaan meterial
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi : mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata dan seterusnya. Kebudayaan meterial juga mencakup barang-barang seperti televuisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit dan sebagainya.
2. Kebudayaan non material
Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakya, lagu atau tarian tradisional.

E. Unsur-unsur Kebudayaan
Kuntjaningrat (1974) membagi kebudayaan menjadi unsur yang terdiri dari sistem religius dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan.
Malville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok :
1. Alat-alat teknomlogi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Menurut Broenislaw Malinovski, ada 4 unsur kebudayaan yaitu meliputi :
1. Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama).
4. Organisasi kekuatan (politik)
Kebudayaan sebagai sebuah keseluruhan dari kehidupan masyarakat manusia menurut C. Kluckhohn terdapat 7 unsur paling universal dalam kebudayaan :
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian
6. Sistem religi
7. Kesenian
Setiap isi dari unsur kebudayaan tidak bersifat statis tapi akan berubah sesuai dengan tingkat kebutuhan dan proses adaptis yang diperlukan. Sebab pada dasarnya kebudayaan berfungsi mempermudah kehidupan manusia.
a. Peralatan dan perlengkapan hidup
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal 8 macam teknologi tradisional, yaitu :
1. Alat alat produktif yakni alat-alat untuk membuat atau memproduksi kebutuhan hidup seperti alat pertanian, alat berburu, menangkap ikan, dan alat pabrik atau industri.
2. Senjata yakni peralatan untuk mempertahankan diri dari serangan binatang buas atau musuh seperti panah, golok, tombak, senapan dan lainnya.
3. Wadah atau peralatan konsumsi seperti keranjang, eralatan dapur dan lain-lain
4. Alat-alat komunikasi seperti kentongan, genderang, terompet dan lain-lain
5. Makanan dan minuman selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik, antropologi juga mencatat makanan dan minuman sering difungsikan sebagai alat ukur atau alat tukar barang.
6. Pakaian dan kelengkapannya, seperti baju, kain sarung, perhiasan
7. Tempat berlindung dan perumahan
8. Alat alt transportasi yakni alat alat untuk mengangkut benda atau barang hasil produksi ketempat pemasaran atau konsumen.
b. Sistem mata pencaharian hidup
Para penulis yunani klasik pada abad ke-4 SM mengklasifikasi berbagai suku bangsa kedalam 3 kelompok berdasarkan mata pencaharian hidup dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi.
c. Sisitem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek, seterusnya.
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk masyarakat baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling komunikasi , baik lewat tulisan lesan ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubunga dalam pergaulan sehari hari. Mewujudkan seni, mempelajari naskah-naskah kuno, untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
f. Sistem keprcayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahsia-rahasia alam sangat terbatas.
Ada dua hal yang menyebabkan perhatian yang besar itu yaitu :
1. Upacara keagamaan dalam budaya suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan yang tampak paling lahir.
2. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori asal mula religi
Sistem upacara keagamaan secara khusus mengandung emosi aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antropologi ialah:
1. tempat upacara keagamaan dilakukan
2. saat-saat upacara keagamaan dilakukan
3. beda-benda dan alat-alat upacara dilakukan
4. orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara
Aspek yang pertama berhubungan dengan tempat-tenpat keramat dimana upacara dilakukan, candi, pura , kuil, gereja, langgar, surau, masjid dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek yang mengenai saat-saat beribadah. Hari-hari keramat dan suci dan sebagainya. Aspek ketiga adalah benda-benda yang dipakai dalam upcara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian sepeerti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Aspek keempat adalah aspek yang mengenai pelaku upacara keagamaan, yaitu pendeta biksu, syaman, dukun dan lain-lain.
Upacara itu juga banyak unsurnya, yaitu:
1. bersaji
2. berkorban
3. berdoa
4. makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa
5. menari tarian swuci
6. menyanyi nyanyian suci
7. berprosesi atau berpawai
8. memainkan seni drama suci
9. berpuasa
10. intolsikasi atu menaburkan pikiran dengan makar, obat bius untuk mencapai keadaan trance, mabuk
11. bertapa
12. bersemedi
Sub-unsur ketiga dalam rangka religi, adalah sub-unsur mengenai umat yang menganut agama dan religi yang bresangkutan khususnya sub-unsur itu meliputi misalnya soal-soal pengikut agama, hubungannya satu dengan lain hubungan dengan para pemimpin agama, baik dalam saat adanya upacara keagamaan maupun dalam kehidupan sehari-hari; dan akhirnya sub-unsur itu juga meliputi soal-soal seperti organisasi para umat, kewajiban, serta hak-hak para warganya.

F. Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala suatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan harapan-harapan.
Koentjaraningrat, setiap suku bangsa didunia biasanya memiliki pengetahuan tentang:
1. Pengetahuan tentang alam sekitarnya.
2. Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan (flora)disekitarnya.
3. pengetahuan tentang hewan (fauna) disekitarnay.
4. Pengetahuan tentang zat-zat, bahan mentah dan benda-benda di sekitarnya.
5. Pengetahuan tentang tubuh manusia.
6. Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia.
7. Pengetahuan tentang ruang dan waktu.

BAB IV
PERUBAHAN KEBUDAYAAN

A. Pengertian Perubahan Kebudayaan
Studi perubahan kebudayaan merupakan analisis tentang proses bekerja dan berkembangnya perubahan kebudayaan itu yang disebabkan oleh perbenturan antara konservatisme dan keinginan akan adanya perubahan dan bagaimana suatu kebudayaan telah menerima unsur baru untuk menempatkannya dalam struktur kebudayaan itu.
Menurut Soeryono Soekanto (1990), perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya.

B. Teori-teori Perubahan
1. Perspektif Historis Materealisme
Teori Historis Materealis digagas oleh Marx dan Engel. Pada dasarnya teori ini menyoroti perubahan modal produksi sehingga melahirkan perubahan pada berbagai aspek.
Menurut Marx, terdapat tiga tema menarik ketika kita hendak mempelajari perubahan sosial, yaitu;
a. Perubahan sosial menekankan pada kondisi materealis yang berpusat pada perubahan cara atau teknik produksi material sebagai sumber perubahan sosial budaya.
b. Perubahan sosial utama adalah kondisi material dan cara produksi dan hubungan sosial serta norma-norma kepemilikan.
c. Manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri, selama ini mereka berjuang menghadapi lingkungan materialnya dan terlibat dalam hubungahybungan sosial yang terbatas dalam proses pembentukannya.
Perubahan didorong oleh kontradiksi endemik, penindasan dan ketegangan dalam struktur. Perubahan terjadi pada tiga tempat, yaitu :
1. Kontradiksi antara masyarakat dan lingkungan.
2. Kontradiksi antara tingkat teknologi yang mencapai dab organisasi sosial proses produksi yang tersedia.
3. Kontradiksi antara modal produksi dan sistem politik tradisional.
2. Perspektif tentang Individu dalam Perubahan
Perspektif individu menjadi sebuah alteernatif untuk menjelaskan perubahan sosial budaya. Menurut perspektif historisme, masyarakat sebagai kesatuan holistik yang bersifat menentukan sifat dan keteraturannya sendiri yang tidak dapat direduksi.

C. Bentuk dan faktor-faktor perubahan kebudayaan
Kebudayaan bisa berubah secara cepat dan lambat, direncanakan dan tidak direncanakan dan perubahan yang berpengaruh luas dan tidak luas. Perubahan secara cepat disebut revolusi, perubahan secara lambat disebut evolusi.
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang diproses melalui program atau rencana tertentu untuk menghasilkan perubahan tertentu pula. Contohnya adalah pembangunan yang merupakan perubahan yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu dalam masyarakat.
Perubahan secara lambat yaitu perubahan yang memerlukan waktu lama. Cirinya adalah memerlukan waktu lama, perubahan kecil, perubahan tidak disadari oleh masyarakat, tidak diikuti oleh konflik atau tidak menimbulkan kekerasan.
Perubahan secara cepat yaitu perubahan yang terjadi dalam waktu yang sangat cepat. Cirinya adalah membutuhkan waktu singkat, perubahan besar karena menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, perubahan disadari atau direncanakan, sering kali diikuti oleh kekerasan atau menimbulkan konflik.
Inovasi terjadi dalam 2 proses yaitu discovery dan invention. Discovery adalah penemuan yang benar-benar baru yang belum dikenal sebelumnya. Invention adalah penemuan bentuk atau pola baru sebagai penyempurnaan bentuk atau pola sebelumnya. Perubahan akan sulit diterima masyarakat apabila :
1. Penggunaan penemuan baru itu justru akan menimbulkan masalah
2. Penemuan baru baik materiil dan meteriil itu sulit diintegrasikan kedalam pola kebudayaan dimana penemuan itu timbul.
Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan yang berlangsung lama.
Asimilasi adalah proses perubahan kebudayaan yang terjadi akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehinga ciri-ciri kebudayaan yang lama hilang. Faktor lain penyebab perubahan yang berasal dari luar masyarakat adalah adanya peperangan dengan negara lain.
Faktor intern ;
1. Bertambah dan berkurangnya penduduk
2. Adanya penemuan baru atau invovasi
3. Konflik yang terjadi dalam masyarakat
4. Pemberontakan atau revolusi
Faktor ekstern :
1. Perubahan alam
2. Peperangan
3. Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi, akulturasi, asimilasi
Faktor-faktor pendorong perubahan ialah ;
1. Kontak dengan kebudayaan lain
2. Sistem pendidikan yang maju
3. Sikap menghargai hasil karya orang lain
4. Toleransi terhadap perbuatan yang menyimpang
5. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
6. Penduduk yang hiterogen
7. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
8. Orientasi kedepan
9. Nlai meningkatkan taraf hidup
Adapun faktor-faktor penghambat perubahan yaitu :
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat
3. Sikap masyarakat yang tradisionalistis
4. Adanya kepentingan yang tertanam dengan kuat
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6. Prasangka terhadap sesuatu yang baru
7. Hambatan ideologis
8. kebiasaan
9. Sikap pasrah

D. Orientasi perubahan kebudayaan
Yang dimaksud orientasi atauarah perubahan disni meliputi beberapa orientasi, antara lain :
1. Perubahan dengan orientasi dengan upaya meninggalkan fakto-faktor atau unsur-unsur kehidupan yang mesti ditinggalkan atau diubah
2. Perubahan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru
3. Suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau
Dalam memantapkan orientasi atau perubahan, ada beberapa faktor yang memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, antara lain :
a. Suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok yang mampu menghargai karya pihak lain tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktifitas
b. Adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk atau unsur rutinitas, sebab pada hakikatnya suatu pendorong perubahan adanya individu yang menyimpang dari hal-hal yang rutin
c. Mengkokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan penghargaan pada pihak lain yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, atau iptek
d. Tersedianya fasilitas atau layanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, terbuka bagi semua pihak yang membutuhkannya.
E. Modernisasi sebagai kasus perubahan kebudayaan
Modernisasi merupakan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan nilai-nilai yang bersifat universal, rasional, fungsional.

Spesifikasi norma-norma dan tradisi bisa dilihat atas dasar proses modernisasi adalah sebagai berikut :
1. Ada norma-norma yang bersumber dari tradisi, boleh dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi
2. Ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi
3. ada pula yang betul-betul memiliki konstitensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru.
Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah :
1. Sikap meterialistik : orang yang lebih mengejar kekayaan dibanding kualitas diri
2. Sikap individualistik : memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri
3. Sikap konsumerisme ; sikap hidup yang boros
4. Kesenjangan sosial ekonomi : timbulanya pelapisan sosial yang kuat dan yang kaya dengan yang miskin
5. Pencemaran lingkungan alam
6. Kriminalitas
7. Kenakalan remaja
8. Unsur budaya asing yang masuk indonesia terutama teknologi komunikasi berakibat pada munculnya perilaku kekerasan di masyarakat
9. Semakin berkembangnya gaya hidup free sex, semakin maraknya pornoaksi

Dampak positif modernisasi dan globalisasi adalah :
1. Cepat masuknya budaya asing yang memperkaya budaya indonesia
2. Perubaan pola pikir tradisional menjadi pola piker rasional, sistematis, analitis, logis
3. Munculnya sikap lebih menghargai waktu
4. Munculnya pola pembagian kerja antara pria dan perempuan berdasarkan kemampuan
5. Berkembangnya ilmu pengetahuan
6. berkembangnya cara berpikir kritis
Tantangan baru bangsa indonesia akibat globalisasi yang dapat mengancam eksistensi jati diri bangsa indonesia adalah :
a. Guncangan budaya (Cultural shock)
Yaitu ketidaksesuaian unsur yang paling berbeda sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan sosial yang tidak serasi fungsinya bagi masyarakat yang tidak bersangkutan.
b. Kesenjanga budaya (cultural lag)
Perubahan unsur kebudayaan tidak sama cepatnya, misalnya perubahan pada budaya material akan lebih cepat berubah dibanding budaya imaterial.

BAB V
MASYARAKAT MAJEMUK DAN MULTI KULTURALISME

A. Definisi Masyarakat Majemuk
Menurut J.S Fumival (1956), masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari atas dua atau lebih komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural atau ekonomi terpisah-pisah serta struktur kelembagaan yang berbeda-beda satu sama lain.

B. Karakteristik Masyarakat Majemuk
Menurut Pierre Van Der Berghe, karakteristik masyarakat majemuk adalah:
1. Terjadinya segmentasi kedalam bentuk-bentuk kelompok yang memiliki sub kebudayaan yang berbeda satu dengan yang lain.
2. Memilki struktur sosial yang terbagi-bagi dalam lembaga –lembaga yang bersifat komplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lain.
5. Secara relatif intrgrasi sosial tumbuh diatas paksaan dan sering tergantung dengan ekonomi.

C. Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Di Indonesia terdiri dari berbagai ras, yaitu:
a. Mongoloid Melayu Muda (Deotro Malayan Mongoloi) di Inonesia bagian barat.
b. Mongoloid Melayu Tua (Proto Malayan Mongoloid) di Toraja, Batak, Mentawai
c. Australoid di Indonesia timur: Nnusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
d. Melanisian Negroid di Papua.
e. Asiatic Mongoloid (orang-orang Cina).
Di Indonesia juga masih terdapat kelompok-kelompok masyarakat terasing, yaitu:
1. Orang laut yang bersifat pengembara.
2. Orang darat yang hidup tersebar didataran rendah berawa di Sumatra Timur hingga Bukit Barisan dipedalaman.
3. Penduduk kepulauan Mentawai disebelah barat Sumatra Barat.
4. Orang Baduy di Banten Selatan Propinsi Banten.
5. Orang Donggo dibagian pedalaman pegunungan Sumbawa Timur.
6. Kelompok Orang pengembara orang Punan yang berpindah-pindah sepanjang hulu sungai besar Kalimantan.
7. Orang Taijo di Sulawesi Tengah.
8. Orang Amma Toa di Sulawesi Tenggara.
9. Orang Togutil di Halmahera Utara.
10. Suku bangsa penduduk lembah-lembah pegunungan tengah Papua.
Iklim dan struktur tanah yangberbeda membagi pertanian: a). pertanian sawah (wetrice cultivation), seperti di Jawa dan di Bali, dan b).pertanian ladang (shifting cultivation), seperti banyak terjadi diluar Jawa. Garis Walacea membelah berdasarkan flora fauna di Indonesia. Bagian Timur Indonesia (mengikuti Australia) dan Barat (mengikuti Asia).

D. Multikulturalisme
Multikulturalisme dalam konteks tersebut diartikan sebagai pengakuan terhadap kelompok-kelompok kecil untuk menjalankan kehidupannya, baik yang berkaitan dengan unsur politik maupun privat. Paham multukulturalisme telah menampung berbagai jenis pemikiran baru sebagai berikut:
Pertama, pengaruh studi kultural
Kedua, poskolonialisme
Ketiga, globalisasi
Kempat, femenisme dan post-femenisme
Kelima, post-strukturalisme


BAB VI
PENELITIAN KEBUDAYAAN

Dalam penelitian budaya ada dua cara pandang yang saling bertolak belakang, pendekatan ini sering menjadi paham penelitian budaya. Dua pendekatan ini harus diketahui oleh seorang peneliti budaya, karena akan memiliki implikasi luas pada pemilihan metode selanjutnya. Dua pendekatan termasuk yaitu pendekatan etik dan emik.
Secara epistomologis pendekatan etik dan emik memiliki implikasi yang berbeda. Pendekatan etik dan emik sebenarnya muncul dari istilah linguistik, yang selanjutnya disadap oleh peneliti budaya pada umumnya. Dalam cabang ilmu bahasa dikenal dua cara penulisan bunyi bahasa, yaitu secara fonemik dan fonetik. Fonemik menggunakan cara penulisan bunyi menurut cara yang digunakan oleh si pemakai bahasa, sedangkan fonetik adalah sebaliknya, yaitu memakai simbol-simbol bunyi yang ada pada si peneliti (ahli bahasa).
Istilah etik dan emik dikemukakan pertama kali oleh Kenneth Pike, seorang linguis. Ia selalu mengembangkan istilah tersebut kedalam bidang ilmu budaya. Dalam kaitan ini Kaplan dan Manner (1999: 256-258) telah memberikan acuan bahwa pendekata emik adalah pengkategorian fenomena budaya menurut warga setempat (pemilik budaya), sedangkan etik adalah kategori menurut peneliti dengan mengacu pada konsep-konsep sebelumnya.
Istilah etik dan emik dalam pandangan Marvin Harris (1992 : 34) akan berhubungan pula dengan masalah objektif dan subjektif. Etik bersifat sangat tertutup dalam hal makna, seperti halnya prinsip objektif, namun emik tidak bisa disejajarkan dengan subjektif. Misalnya deskripsi budaya secara emik dapat bersifat objektif dan juga subjektif . Hal ini tergantung siapa dan bagaimana peneliti budaya mampu atau tidak merangkum semua gejala budaya yang ada. Jadi perbedaan objektif atau subjektif dan etik atau emik tergantung penggunaannya. Istilah etik biasanya diterapkan dalam ilmu yang membutuhkan pengamatan, tetapi emik dapat diterapkan sehingga menghasilkan deskripsi subjektif dan objektif.
Etik dan emik sebenarnya merupakan landasan penelitian yang berusaha memahami tingkah laku manusia. Tingkah laku tersebut penuh dengan makna, karena didalamnya terdapat aneka simbol, karenanya tinggal dari mana kita akan melihat perilaku budaya tersebut, jika perilaku dilihat dari keadaan sesungguhnya menurut pemilik budaya itulah pemanfaatan emik, begitu sebaliknya.
Jika peneliti budaya memanfaatkan pendekatan etik pada akhirnya harus melakukan generalisasi. Pada saat itu peneliti akan melakukan beberapa hal yaitu :
a. Mengelompokkan secara sistematis seluruh data kebudayaan kedalam sistem tunggal.
b. Menyediakan kriteria untuk klasifikasi setiap unsur data.
c. Mengorganisasikan data yang telah diklasifikasikan kedalam tipe-tipe tertentu.
d. Mempelajari, menemukan dan menguraikan setiap data kedalam kerangka sistem yang telah dibuat sebelum mempelajari kebudayaan.
Jika emik lebih menekankan kenisbian, etik bersifat mutlak. Dalam pandangan Levi Strauss (Harris 1999 : 32) pendekatan etik dianggap kurang natural dan emik lebih natural dalam mempresentasikan fenomena budaya. Istilah etik juga sejajar dengan pengertian outsider dan emik senada dengan insider fenomena budaya.
Dalam istilah Rappaport etik sejajar dengan deskripsi budaya yang disebut sebagai pendekatan posivistik, yaitu pendekatan yang didasarkan pada pemikiran filosofi Comte. Paham penelitian Comte yang berbau statistik tersebut biasanya menolak pemahaman metafisik, dan teologis. Bahkan paham posivistik sering menganggap bahwa pemahaman metafisik dan telogi terlalu primitif dan kurang rasional. Artinya kebenaran metafisik dan teologi dianggap ringan dan kurang teruji.
Dasar pendekatan posivistik adalah logika matematika yang penuh teori logika deduktif. Kebenaran diperoleh melalui hukum kuasal dan korespondensi antarvariabel yang diteliti. Karenanya, menurut paham ini, realitas juga dapat dikontrol dengan variable lain.biasanya, penelitian juga menampilkan hipotesis berupa prediksi awal seteleh membangun teori secara handal. Cirri-ciri positivistic, dapat dilihat dari tiga pilar keilmuan yaitu:
a) Aspek ontologis, positivistic menghendaki bahwa arealitas budaya dapat dipelajari secara independent, dapat dieliminasikan dari objek lain, dan dapat dikontrol;
b) Secara epistemologis, yaitu upaya untuk mencari generalisasi terhadap fenomena budaya;
c) Secara aksiologis, menghendaki agar proses penelitian budaya bebas nilai. Artinya, penelitian mengejar obyektivtas agar dapat ditampilkan predisi meyakinkan yang berlaku bebas waktu dan tempat.
Asumsi penelitian dengan pendekatan naturalistic adalah perilaku dan makna yang dianut oleh sekelompok manusia hanya dapat dipahami dengan analisis atas lingkungan alamiah ( natural setting ) mereka ( Mulyana, 20002:159 ). Realitas yang dimaksud adalah kondisi alamiah, bukan buatan atau eksperimen yang didasarkan pada wawancra formal. Posisi pengaturan naturalistic, seperti yang dimaksud Schutz sebagai “ orang asing “( stranger ).
Kaitannya dengan pemanfaatan, penelitian naturalistic mencakup tiga hal: pertama, naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian ekplanatori, yaitu metode untuk menurunkan hipotesis alih-alih mengujinya; kedua, naturalistic kadang-kadang disamakan dengan penelitian lapangan (field research), yaitu metode yang mempelajari lingkungan alamiah; ketga, naturalistic kadang-kadang dipandang sebagai sarana mempelajari berbagai fenomena yang eksis karena didefinisikan sebagai riil, misalnya definisi situasi, makna yang dikontruksi secara social, atau interprentasi atas kejadian atau lembaga social.
Kelebihannya adalah penelitian dapat menjadi instrumen, karena menurut guba ( mulyana, 2002:160 ) instrumen non-manusia sering sulit digunakan secara luwes untuk menangkap realitas. Selain menggunakan instrumen manusia, naturalistik juga memiliki cirri sebagai berikut: (a) realitas manusia tidak dapat dipisahkan dari konteksnya, tidak pula dipisahkan keseluruhan, karena keseluruhan lebih berarti dari bagian ¬bagian : (b) penggunaan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge), seperti halnya intuisi dibenarkan, karena interaksi manusia pun sering demikian. (c) hasil penelitian yang dinegosiasikan adalah penting.. Negosiasi antar peneliti dan subjek penelitian adalah penting, karena konstruksi pihak kedua yang akan direkonstruksi pihak pertama. (d) penafsiran data (termasuk kesimpulan) bersifat idiografis atau berlaku khusus, bukan bersifat nomotetis atau mencari generalisasi, karena penafsiran yang berbeda lebih bermanfaat bagi realitas yang berbeda pula dan karena penafsiran tergantung kontekstual, termasuk hubungan peneliti responden yang bersifat khusus, (e) temuan penelitian bersifat tentatif, basil penelitian bersifat ragu utuk membuat generalisasi.
Karakteristik lain yang perlu mendapat perhatian dalam penelitian naturalistik adalah sebagai berikut :
1) berkonteks natural, yaitu merupakan kebulatan menyeluruh, karena fenomena budaya hanya bisa ditangkap maknanya jika dikaitkan secara menyeluruh.
2) instrumen penelitian manusia (orang lain) atau peneliti. Paneliti atau orang lain pengambil data harus mampu menyesuaikan diri dengan realitas budaya,
3) pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Kita boleh saja mengungkap hal-hal yang sulit terkatakan yang memperkaya deskripsi budaya.
4) menggunakan penelitian kualitatif, dan bukan kuantitatif, karena akan lebih menggambarkan deskripsi alamiah sebuah fenomena
5) pengambilan sampel secara purposive, sifat naturalistik menghindari sampel secara acak, yang menekankan munculnya khusus menyimpang.
6) Analisis data secara indukfif, karena konteks budaya akan mudah terdeskripsikan.
7) grunded teori yaitu upaya menyusun teori secara empirik berdasarkan data, disusun konsep.
8) desain sementara menyusuna proposal hanya sebagai rancangan sementara dan dimung¬kinkan berubah di lapangan;
9) hasil yang disepakafi, pemaknaan dan tafsir perlu ada kesepakatan dengan sumbernya.
10)- modus laporan
Penelitian berupa studi kasus, hal ini untuk menghidari diskripsi ganda yang kurang terfokus. (11) penafsiran ideografik, memaknaan berlaku secara khusus untuk suatu kasus tertentu, yang dikembangkan melalui konteks. (12) amplikasi tentative, disbanding amplikasi yang luas. (13) ikatan konteks terfokus, hanya ada satu focus yang menjadi kunci masalah lalu ditinjau secara holistic. (14) criteria keterpecayaan: kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas.
B. Etnografi
1. Pengertian Etnografi
Etnografi merupakan metode yang biasa digunakan dalam penelitian antropologi. Pengertian Etnografi mensyaratkan dilakukannya penelitian lapangan. Penelitian bertindak sebagai orang yang sedang mempelajari suatu kebudayaan. Masyarakat kompleks adalah masyarakat yang mempunyai karateristik terbuka, besar cenderung heterogen.kebudayaan masyarakat kompleks tidak mewakili cara pandang hidup total dari warganya, melainkan merupakan kelompok-kelompok kebudayaan yang saling tumpang tindih. Untuk itu maka dibedakan antara jaringan total dengan jaringan. Sementara itu bila ditinjau dad tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial maka dibedakan atas jaringan interes, jaringan sentimen, dan jaringan power. Etnografi adalah salah satu cabang dad antropologi terutama dari cabang ilmu antropologi sosial. Dalam Ensiklopedia Indonesia (ENI), disebutkan etnografi adalah cabang antropologi, merupakan pelukisan dan analisis tenang kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa.
Etnografi biasanya terdid atas uraian terperinci mengenai aspek cara berperilaku dan cara berpikir yang sudah membaku pada orang yang dipelajari, berupa tulisan, foto, gambar atau film yang berisi laporan atau deskripsi tersebut. Yang dipelajari oleh ahli etnografi adalah unsur kebudayaan selalu masyarakat seperti bahasa, mata pencaharian, sistem teknologi, organisasi sosial, kesenian, sistem pengetahuan, dan religi.
Model etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagaimana adanya. Model ini berupaya mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek studi. Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dad suatu masyarakat.
Model etnografi cenderung mengarah kekutub induktif, konstruktif, transferabilitas dan subjektif. Etnografi merupakan ragam pemaparan penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena tramati dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ciri-ciri etnografi
Etnografi lazimnya bertujuan untuk menguraikan budaya tertentu secara holistik, yaitu aspek budaya baik spiritual maupun material. Ciri-ciri penelitian etnografi adalah analisis data yang dilakukan secara holistik, bukan parsial, ciri-ciri lainnya adalah :
a) sumber daya data bersifat alamiah, artinya peneliti harus memahami gejala empirik (kenyataan) dalam kehidupan sehari-hari.
b) peneliti sendiri merupakan instrumen yang paling penting dalam pengumpulan data
c) bersifat pemerian (deskripsi) artinya mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca, lewat apapun termasuk dokumen resmi kemudian mengkombinasikan, mengabstrakkan dan menarik kesimpulan
d) digunakan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu atau studi kasus
e) analisi bersifat induktif
f) di lapangan, penelitian herus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya
g) data dan informasi harus berasal dari tangan pertama
h) kebenaran data harus dicek dengan data lain (data lisan dicek dengan data tulis)
i) orang yang dijadikan subyek penelitian disrbut partisipan (buku termasuk partisipan juga), konsultan, derta teman sejawat.
j) titk berat penelitian harus pada pandangan emik, artinya, penelitian harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dari orang yang diteliti, dan bukan dari etik.
k) dalam pengumpulan data menggunakan purposive sampling dan buken provabilitas statistik.
l) dapat menggunakan data kualitatif maupun kuentitatif, namun sebagian besar menggunakan kualitatif.
Penentuan sempel dan penelitian kualitatif model etnografik, ada lima jenis yaitu:
1) seleksi sederhana, artinya seleksi hanya menggunakan satu kriteria saja, misalkan kriteria umur dan wilayah subyek.
2) seleksi komprehensif , artinya seleksi bedasarkan kasus, tahap, dan unsur yang relevan.
3) seleksi kuota, seleksi apabila populasi besar jumlahnya, untuk itu populasi dijadikan beberapa kelompok misalnya menurut pekerjaan dan jenis kelamin.
4) seleksi menggunakan jaringan, seleksi mengguinakan dari salah satu warga pemilik budaya.
5) seleksi dengan perbandingan antar kasus, dilakukan dengan membandingkan kasus-kasus yang ada, sehingga diperoleh ciri-ciri tertentu, misalnya yang teladan, dan memiliki pengalaman khas.
Deskripsi dipandang bersifat etnografis apabila mampu melikiskan fenomena budaya selengkap-lengkapnya. Deskripsi etnografi menurut Koentjaraningrat (1990:333) sudah baku, yaitu meliputi unsur-unsur kebudayaan secara universal, yaitu baqhasa, sistem teknologi, sistem ekonomi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, kesenian dan sistem religi.
Penetapan sistem etnografi memerlukan strategi khusus, yaitu:
a) jadilah praktisi, artinya setting tidak perlu terlalu luas dan terlalu sempit, yang penting mampu mewakili fenomena.
b) Upayakan tempat yang asing dari peneliti, hal ini untuk mampu lebih mengambil jarak dalam penelitian, tetapi juga memperhatikan kemudahan masuk tidaknya kedalam setting.
c) Jangan terlalu berpegang kaku pada rencana peneliti, rencana bisa beerubah setelah dilapangan.
d) Pikirkan sejumlah topik yang sulit dijangkau. Dalam kaitan itu, pelukisan etnografi mengenal dua desainpenelitian, yaitu: 1)studi kasus dan; 2) multiple site and subject studies.

3. Langkah-langkah Etnografi
Sebagai sebuah model, tentu saja etnografi memiliki karakteristik dan langkah-langkah tersendiri. Langkah yang dimaksug adalah seperti yang dikemukakan spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi, sebagai berikut.
Pertama, menetapkan informan. Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu: a) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, b)keterlibatan langsung, c) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi, d) memiliki waktu yang cukup, e) non analis.
Kedua, melakukan wawncara dengan informan. Ssebaiknya dilakukan dengan wawancara yang penuh persahabatan.
Ketiga, membuat catatan etnografi. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisi atau interprestasi.
Keempat, mengajukan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan setempat. Pada saat mengajukan pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan, penjajagan, kerjasama dan partisipasi.
Kelima, melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberi sandi simbo-simbol budaya serta mengidentifikasikan aturan-aturan penyandian dan mendasari.
Keenam, membuat analisis domain. Peneliti mombuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas.
Ketujuh, mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan deskriptif. Misalkan, orang tuli menggu nakan beberapa cara berkomunikasi, apa saja itu? Kedelapan, membuat analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah diajukan. Ada lima langkah penting membuat taksonomi yaitu :
a. pilih sebuah domain analisa taksonomi misalnya jenis penghuni penjara (tukang peluru, tukang sapu)
b. identifikasi kerangka subtitusi yang tepat untuk analisis
c. cari subset diantara beberapa istilah tercakup misalnya kepala tukang kunci
d. cari domain yang lebih besar
e. buatlah taksonomi sementara
Kesembilan, mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan dan sebagainya.
Kesepuluh, membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah dilapangan.
Kesebelas, menemukan tema-tema budaya. Penemuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi.
Keduabelas, Menulis etnografi, menulis etnografi sebaiknya dilakukan secara deskriptif dengan bahasa yang cair dan lancar.
Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan terhormat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informasi kunci antara lain :
a. orang yang bersangkutan memiliki pengelaman pribadi dengan masalah yang teliti
b. Usia telah dewasa
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Bersikap netral, tidak memiliki kepentingan pribadi
e. Berpengetahuan luas
Pemilihan informan kunci ada strategi khusus, antara lain dapat melalui 4 macam cara sebagai berikut :
a. secara isidental artinya peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum diketahui pada salah satu wilayah penelitian.
b. Mengunakan modal orang-orang yang telah dikenal sebelumnya
c. Sistem quota, artinya informasi kunci telah dirumuskan kriterianya
d. Secara snowball, artinya informasi kunci dimulai dengan jumlah kecil (satu orang) kemudian atas rekomondasi orang tersebut informan kunci menjadi semakin sampai jumlah tertentu.

Majlis Link OtomatisFree Smart Automatic BacklinkMalaysia Free Backlink Services FreewebsitepromotionLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service