Last for 2010

THE final weekend of cricket before the Christmas break was played over the weekend, with clubs looking to end the calendar year on a high note.

Although Friday’s rain caused some games to be abandoned, there was still plenty of quality matches played around the grounds, with the Glendon Club posting wins in all grades for the first time this season.

FIRST GRADE

In the Imperial Hotel First Grade competition, the game between Creeks and PCH was declared washed out, with the Howe Park wicket too wet.

That meant the only game played in first grade was between JPC and Glendon at Cook 3, with JPC still riding high over last week’s win against Heights, and Glendon looking to make amends for their season so far. JPC won the toss and sent Glendon into bat, which looked the right decision when openers Patrick Denniss and Alex Thrift were dismissed cheaply and the score 2/12. However a decent mid order revival, spearheaded by Captain Phil Holz on 41, saw Glendon post a respectable and competitive 165. Brad Young, in career form, took 3/16 to be the best of the JPC bowlers for the second week running, and may come under scrutiny from anti-doping agencies after a mind-boggling form turnaround.

JPC went into bat with Rod Luxford looking to regain his title of “The headliner, The Showstopper, The Main Event” and continue last week’s blistering form. Unfortunately, Scott Griffiths soon halted any visions of a repeat performance, getting a genuine edge and dismissing the veteran superstar for a duck. It was left up to Ryan Guihot, making his return after a notable absence, to steer the Colts towards the target. He was dismissed for 53 and although the tail wagged momentarily thanks to Dan Murphy’s 24, JPC was dismissed 7 runs short for 158. Scott Griffiths (4/46) and Jacob Herbert (3/19) were the pick of the bowlers. This gave Glendon an early Christmas present with their first win of the season, and JPC left to regroup over the Yuletide.

New Year, New you

Betty Savage from Sunderland has lost 100lbs with Celebrity Slim


The links above are to third parties' websites, the contents of which are not the responsibility of GMTV.

Betty Savage, a 63-year-old Grandmother from Sunderland has shed an incredible 100lbs (that's 7st 2lbs) with Celebrity Slim! "I have always struggled with my weight. I've tried lots of other diets but they never worked for me in the long run. I never lost a lot of weight and what I did lose I always put straight back on. With Celebrity Slim, losing weight was so easy – there's no points system or Calorie counting and my weight has just fallen off. Now I've lost over 100lbs and got a big tick from my Doctor for reducing my cholesterol at the same time. I feel fantastic!"

Celebrity Slim is a weight management programme that can help anyone get in shape and stay that way, just like Betty. The programme is easy to follow and works simply by replacing two meals a day with delicious Celebrity Slim shakes, soups or bars, eating one 'normal' balanced meal each day and snacking on a variety of healthy foods between meals. Unlike most diets, you don't reduce the amount of food you eat each day. Celebrity Slim is about making smarter food choices and eating regularly throughout the day.

See more info

Fred Taylor active for Patriots vs Jaguars

Posted by Michael David Smith on December 27, 2009 12:14 PM ET
For the first time in nearly three months, New England Patriots running back Fred Taylor will play today.

Taylor, who opened the season as the Patriots' starting running back but has been inactive for every game since October 4, is active for today's game against the Jacksonville Jaguars.

The Patriots' inactives are third quarterback Isaiah Stanback, cornerback Terrence Wheatley, cornerback Darius Butler, running back BenJarvus Green-Ellis, guard Rich Ohrnberger, defensive tackles Titus Adams and Vince Wilfork and offensive tackle Nick Kaczur.

The Jaguars' inactives are wide reeiver Tiquan Underwood, safety Courtney Greene, linebacker Torrance Daniels, tackle Tra Thomas, center Cecil Newton, guard Paul McQuistan, tight end Zach Potter and defensive tackle Greg Peterson.

Rachael Ray racy photos from past FHM photoshoot remind fans of "every woman"

The 41-year-old celeb chef says the photos are a reminder to "every woman" that it doesn't take stick-skinny to be sexy.


Rachael Ray is reportedly discussing the racy photos and FHM photoshootin an interview Monday night with ABC Nightline.

Sherri Shepherd to Rachael Ray: 'I thought when you workout you have orgasms'

According PopEater, the Dunkin' Donuts spokesperson says, "I think I was 35 at the time. And I thought about it for a while, and I said, 'You know what? This magazine [FHM] has as young as 17-, 18-year-olds in hottie bikinis, and these are all actresses, models, pin-up girls. I don't belong to any even remote club of theirs," she says of the racy magazine photos.

She adds of setting a new standard in body image issues, "And I thought, 'If I'm gutsy enough to do this, this is a good thing for everybody. This is the everywoman, here she is. And I did it, and it was the most scared I've ever been, and I wouldn't change a thing. I'd do it again tomorrow."

Penelitian Pengaruh Unsur Hara Tertentu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus)

I. LATAR BELAKANG

Alasan kami memilih judul tersebut karena ada faktor yang mendorong kelompok kami untuk mengadakan penelitian tentang proses pertumbuhan tanaman khususnya pada pertumbuhan kacang hijau (Phaseolus Radiatus). Didalam masa pertumbuhan kacang hijau itu memiliki keunikan yang menarik perhatian kita untuk meneliti apa yang terjadi pada masa proses pertumbuhannya. Sedangkan arti dari pertumbuhan itu sendiri adalah suatu proses pertambahan yang bersifat irreversibel atau hanya berjalan satu arah. Didalam pertumbuhan kacang hijau ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam berupa hormon dan gen, sedangkan luar berupa suhu, cahaya, kelembapan dan nutrisi.

Pada penelitian ini kami akan membahas mengenai salah satu faktor luar berupa nutrisi yang mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman kacang hijau, apabila diberi perlakuan yang tidak sama maka proses pertubuhannyapun akan berbeda. Untuk itu kelompok kami akan menguji kebenaran asumsi tersebut dengan mengadakan penelitian berdasarkan prosedur yang telah kami buat. Untuk mengetahui pengaruh unsur hara tertentu pada pertumbuhan tanaman kacang hijau tersebut, kami akan memberikan perlakuan yang berbeda dengan cara memberi tiga macam jenis unsur hara terhadap tanaman kacang hijau.

II. KAJIAN TEORI

Pada proses pertumbuhan tanaman nutrisi sangat diperlukan. Nutrisi atau zat makanan berupa unsur hara. Salah satu unsur hara tersebut adalah pupuk. Pupuk dibagi menjadi 2 yaitu pupuk alami atau organik (pupuk kandang, kompos) dan pupuk buatan (urea). Ciri-ciri pupuk organik : Mengandung nitrogen, tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah, mempunyai kadar persenyawaan organik yang tinggi.
Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tanah dengan maksud meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanaman lebih produktif . Tanaman memerlukan 6 unsur kimia agar pertumbuhannya normal. 3 unsur yaitu C (karbon), H (hidrogen), O (ksigen) diambil dari udara 13 unsur lainnya diserap dari tanah melalui akar. Unsur yang terkandung didalam pupuk antara lain unsur N, unsur P, dan unsur K

Pada proses penelitian ini kami menggunakan 3 macam pupuk antara lain :
1. Pupuk kandang
2. Pupuk kompos
3. Urea

III. HIPOTESA

“ Pada Proses Pertumbuhan jika tanaman kacang hijau diberi pupuk kacang hijau urea maka proses pertumbuhannya akan cepat dan subur ”

IV. ALAT DAN BAHAN

 16 butir biji kacang hijau yang baik
 4 buah polibag
 Tanah yang mengandung humus
 Unsur Hara : 1.pupuk urea
2.pupuk Kompos
3.pupuk Kandang secukupnya
 Air secukupnya
 Alat untuk Menanam


V. CARA KERJA

 Siapkan 4 polibag kemudian bag.bawah polibag diberi lubang kecil, selanjutnya masing-masing polibag diberi tanah hingga ketinggiannya sama.
 Rendam biji kacang hijau yang akan dijadikan benih selama ± 1 jam agar menghasilkan benih yang baik.selanjutnya benih tersebut disemaikan ke polibag dengan ketentuan masing-masing polibag diberi 4 butir biji kacang hijau.
Kemudian biji kacang hijau itu dibenamkan dalam tanah dengan ketentuan kedalamannya ± 1 cm.
 Letakkan masing-masing polibag tersebut di tempat yang tidak terkena sinar matahari agar proses awal pertumbuhannya berlangsung dengan cepat.
Apabila benih sudah mulai tumbuh hingga berdaun kemudian diletakkan ditempat yang terkena sinar matahari yang cukup.
 Setelah itu diberi perlakuan sebagai berikut :
1) Ambil 1 polibag kemudian diberi label A setiap 3 hari sekali disiram dengan 1 sendok the pupuk urea dalam 1/8 liter air.
2) Ambil 1 polibag kemudian diberi label B setiap 3 hari sekali disiram dengan 1 sendok the pupuk kompos dalam 1/8 liter air.
3) Ambil 1 polibag kemudian diberi label C setiap 3 hari sekali disiram dengan 1 sendok the pupuk kandang dalam 1/8 liter air.
4) Ambil 1 polibag kemudian diberi label D setiap 3 hari sekali disiram dengan 1/8 liter air tanpa diberi pupuk.
5) Kemudian mencatat pertambahan panjang tanaman kacang hijau tersebut setiap 3 hari sekali.

Perkembangan Islam Periode Klasik

 LATAR BELAKANG

Latar belakang pembuatan makalah ini sebagai tugas semester satu dan juga sebagai bahan presentasi di kelas.Supaya siswa lebih memahami mengenai perkembangan dan penyebaran agama islam periode klasik.Selain itu siswa juga dapat mengetahui akan tokoh tokoh yang sangat berpengaruh dalam penyebaran dan kepemimpinan islam.

 RUMUSAN MASALAH

1. Aspek aspek yang berpengaruh dalam perkembangan islam dari fase ekspansi dan disintegrasi?
2. Mahzab-mahzab yang muncul sebagai dampak dari perkembangan pengetahuan islam.
3. Tokoh tokoh yang berpengaruh dalam kepemimpinan islam.
4. Himah-hikmah yang dapat diambil dari perkembangan islam pada periode klasik.

 PENGERTIAN JUDUL

Perkembangan islam periode klasik (650-1250 M) merupakan suatu tahap dimana agama islam mengalami perkembangan serta perluasan wilayah.Dari sinilah muncul-muncul mahzab yang sangat berpengaruh bagi kaum muslimin dalam bidang pendidikan,politik,sosial budaya dan masih sangat luas lagi cakupannya dalam bidang iptek.

 TUJUAN PENULISAN

1. Memperluas pengetahuan siswa akan agama islam dimasa lalu.
2. Menjadikan dasar islam sebagai landasan hidup.
3. Mengenali tokoh-tokoh penyebar islam.
4. Mengambil hikmah dari proses perkembangan islam.

A. PERKEMBANGAN ISLAM PADA PERIODE KLASIK

1. Fase Ekspansi
Dalam fase ekspansi ini kehadiran telah cukup banyak mendapat perhatian dan telah para pemikir dan sejarawan dari berbagai kalangan. Berbagai pendapat dan teori yang membincang persoalan tersebut membuktikan bahwa tema Islam memang menarik untuk dikaji terlebih dinegeri yang dikenal mayoritas penduduknya muslim. Maka tak berlebihan studi mengenai latar historis dan proses perkembangan selanjutnya dari agama ini sehingga beroleh tempat dan mampu mengikat begitu banyak pengikut di wilayah ini. Cukup punya nilai guna memahami dan memaknai lebih dalam dinamika keberagamaan Islam dalam konteks kontemporer di Indonesia.

Lokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia Sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni : tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Hal lain yang juga patut diperhatikan adalah dimensi proses dari interaksi awal dan lanjutan antara Islam dan penduduk lokal dan berikut konstruk kepercayaan atau agama yang telah ada sebelumnya.

Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, dikalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansyur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar : Pertama, teori Gujarat. Islam dipercaya datang dari Gujarat-India melalui peran para pedagang India Muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab Muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke13 M.

Teori tersebut jika ditelaah lebih jauh lagi sesungguhnya memiliki variasi pendapat yang cukup beragam. Terkait teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari anak benua India, misalnya, ternyata sejarawan tidak satu kata mengenai wilayah Gujarat. Pendapat Pijnappel yang juga disokong oleh C. Snouck Hurgronje, J.P Moquette, E.O. Winstedt, B.J.O Schrieke, dan lain-lainnya tersebut ternyata berbeda dengan yang dikemukakan oleh S.Q Fatimi dan G.E Morison. Fatimi menyatakan bahwa bukti epigrafis berupa nisan yang dipercaya diimpor dari Cambay-Gujarat sebenarnya bentuk dan gayanya justru lebih mirip dengan nisan yang berasal dari Bengal. Sementara Morison lebih mempercayai bahwa islam di Indonesia bermula dari Pantai Coromandel. Sebab menurutnya pada masa Islamisasi kerajaan samudera dimana raja pertamanya (Malik Al-saleh) wafat tahun 1297 M.

Saat itu Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian kekuasaan Islam menaklukkan Gujarat. Jika Islam berasal dari sana tentunya Islam telah menjadi agama yang mapan dan berkembang ditempat itu. Adapun bukti epigrafis dari Gujarat atau Bengal tidaklah serta merta menunjukkan bahwa agama Islam juga “diimpor” dari tempat yang sama.

Sedangkan tentang teori Islam Indonesia berasal langsung dari Makkah (yang antara lain dikemukakan oleh T.W Arnold dan Crawford) lebih didasarkan pada beberapa fakta tertulis dari beberapa pengembara Cina sekitar abad ke-7 M, dimana kala itu kekuatan Islam telah menjadi dominan dalam perdagangan Barat-Timur, Bahwa ternyata dipesisir pantai Sumatera telah ada komunitas Muslim yang terdiri dari pedagang asal Arab yang diantaranya melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan local. Terdapat juga sebuah kitab ‘Aja’ib al-Hind yang ditulis al-Ramhurmuzi sekitar tahun 1000 M. Dikatakan bahwa para pedagang Muslim telah banyak berkunjung kala itu ke kerajaan Sriwijaya. Dan di wilayah itupun telah tumbuh komunitas Muslim local. Semantara variasi pendapat lain dikemukakan oleh Keijzer bahwa Islam nusantara berasal dari Mesir berdasar kesamaan madzhab (Shafi’i). Sedangkan Niemann dan de Hollander mengemukakan teori Islam nusantara berasal dari Hadramaut (wilayah Yaman).

Teori Persia yang dikemukakan oleh sebagian sejarawan di Indonesia tampaknya kurang popular dibanding teori-teori sebelumnya. Pada konteks ini menarik jika pendapat Naguib al-Attas seorang pendukung teori Arab dihadirkan sebagai komparasi. Dalam mengkaji Islam nusantara al-Attas lebih tertarik untuk mendasarkan argumentasinya pada bukti-bukti konseptual dan liberatur, dibanding bukti-bukti sebagaimana para pemikir sebelumnya. Dalam “Teori umum tentang Islamisasi nusantara”-nya tersebut al-Attas menyebutkan bahwa karasteristik internal Islam yang beredar di nusantara lebih cenderung berasal langsung dari Arab. Dari berbagai liberatur Islam yang beredar dinusantara sebelum abad ke-17 M, tak satupun pengarangnya adalah orang India. Bahkan sebagian penulis yang dipercaya beberapa sarjana Barat sebagaian berasal dari India atau Persia. Jika ditelisik ternyata berasal dari Arab baik Etnis maupun Kultural. Adapum mengenai bukti epigrafis Moquette, al-Attas menolaknya dan menyatakan bahwa kemunculan nisan-nisan dari India tersebut hanya Karena faktor kedekatan lokasi saja (dalam konteks perdagangan).

Selanjutnya tentang proses islamisasi di nusantara,menarik untuk diperhatikan beberapa pendapat berikut:pertama,teori perkawinan.Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa kesuksesan islamisasi di nusantara lebih karena peran para pedagang muslim.Digambarkan,bahwa seraya berdagang mereka juga menyebarkan islam.diantaranya dengan cara melakukan perkawinan dengan perempuan lokal sehingga terjadi konversi agama dan terbentuklah lokus-lokus komunitas muslim setempat.Selanjutnya,mereka juga berusaha menikahi perempuan bangsawan dengan harapan anak keturunannya akan beroleh kekuasaan politik yang akan dapat diperolehkekuasaan politik yang dapat dipakai untuk menyebarkan agama islam.segaris dengan pemikiran ini,J.C van Leur mengemukakan adanya motif ekonomi dan politik dalam persoalan konversi penduduk atau penguasa lokal di nusantara.Menurutny,penguasa pribumi yang ingin masuk dan berkembang dalam perdagangan internasional kala itu yang terbentang dari laut merah hingga laut cina akan cenderung menerima islam karena dominasi kekuatan muslim di sektor itu.disamping pula untuk membentengi diri dari jejaring kekuasaan majapahit.

Teori ini dikritik oleh A.H Johns,yang menurutnya,patut niragukan bahwa para pedagang akan mampu meng-islam-kan penduduk lokal dalam jumlah yang signifikan.bukankah ditengaraibahwa mereka telah hadir sejak abad ke-7 atau ke-8M di nusantara,tetapi nyatanya,islamisasi yang signifikan justru tampil dsekitar abad ke-12M.Johns lalu mengajukan teori sufi-nya.menurutnya,islamisasi di nusantara sukses lebih didorong oleh peran para sufi pengembara yang memang orientasi hidupnya diabadikan untuk penyebaran agama islam.dan para masa-masa massifikasi konversi islam itulah para sufi banyak hadir di nusantara.Johns dalam mengelaborisasi teorinya juga mengambil pemikiran tentang cara perkawinan dangan keturunan penguasa lokal sebagai pendukung proses islamisasi.adapun pendapat lain yang dikemukakan oleh Schrieke bahwa faktor pendorong yang menimbulkan gelombang besar masuk islam di nusantara adalah ancaman kekuasan kolonial dan misi gospel kristen yang agresif tampaknya sulit diterima,karena dalam sejarah tercatat bahwa bangsa barat kristen tiba di nusantara baru sekitar tahun 1500-an.sementara islamisasi di nusantara telah berlangsung secara signifikan jauh sebelumnya yakni sejak abad ke-12 atau ke-13 M.

Akhirnya mari disimak beberapa kesimpulan yang dikemukakan oleh Azyumardi Azra berikut ini:”pertama,islam dibawa langsung dari arabia;kedua,islam diperkenalkan oleh para guru dan penyiar “profesional”-yakni mereka yang memang secara khusus bermaksud menyebarkan islam;ketiga,yan mula-mula masukislam adalah para penguasa;dan keempat,kebanyakan para penyebar islam “profesional”ini datang ke nusantara pada abad ke-12 dan ke-13.”jadi dengan mempertimbangkan berbagai uraian diatas,dapat dinyatakan bahwa mungkin benar islam memang telah diperkenalkan awal mula sejak abad-abad pertama hijriyah(sekitar abad ke-7 M, namun akselerasi persebaran islam secara nyata baru terjadi sekitar abad ke-12 M dan masa-masa selanjutnya.

2. Fase Disintregasi
Jika menengok sejarah agama-agama, dengan mudah akan dapat diketemukan fakta yang menunjukkan bahwa banyak agama mengalami persebaran hingga keluar jauh dari wilayah asal pertumbuhannya. Bahkan tak jarang, suatu agama justru dapat berkembang dengan jumlah pengikut yang lebih besar di wilayah lain di luar wilayah asalnya. Proses persebaran ini, seperti dituturkan Park dapat mengambil pola-pola sebagai berikut:
Pertama, ekspansi, baik melalui kontak langsung (contagious) maupun hirarkis (hierarchical); Kedua, pola relokasi. Bersamaan dengan aliran persebaran tersebut, terjadilah proses perubahan dari segi pemahaman maupun praktek yang menunjukkan perbedaan karena faktor lokalitas dan tokohnya. Artinya, banyak agama mengalami perubahan dari aslinya ketika berkembang di wilayah lain. Faktor budaya dan kebiasaan lokal kerap memberi pengaruh terhadap bentuk kepercayaan dan perilaku keberagamaan sehingga muncul fenomena aliran-aliran. Fenomena ini tak terkecuali berlangsung juga dalam tradisi dan komunitas muslim. Untuk memotret hal ini menarik dicermati ulasan Harun Nasution yang menyebutkan bahwa dinamika kesejarahan Islam secara garis besar dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) periode besar perkembangan: (1) klasik; (2) pertengahan; dan (3) modern.
Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting: (1) Fase ekspansi, integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah kepemimpinan para khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika Utara Islam mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti Abu Hasan al-Asy’ari, al-Maturidi, Wasil ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Juba’i. Di bidang ketasawwufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi; (2) Fase disintegrasi (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak pada terenggutnya Baghdad oleh bala tentara Hulagu di tahun 1258 M.
Periode pertengahan (1250-1800 M) dapat dibaca juga dalam dua fase penting: (1) Fase kemunduran (1250-1500 M) yang penuh diwarnai perselisihan yang terus meningkat dengan sentiman mazhabiyah (antara Sunni dan Syi’ah) maupun sentimen etnis (antara Arab dan Persia). Pada masa inilah dunia Islam terbelah yang kemudian diperparah dengan meluasnya pandangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sementara perhatian terhadap dunia ilmu pengetahuan melemah, kekuatan Kristen (dimana Perang Salib telah dimaklumatkan oleh Paus Urbanus II sejak dalam Konsili Clermont tahun 1095 M) justru kian menekan dunia Islam; (2) Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M). Yang dimaksud disini adalah kerajaan Usmani (Ottoman Empire) di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada masa kejayaannya, masing-masing kerajaan ini memiliki keunggulan khas di bidang literatur dan arsitektur sebagaimana terlihat melalui keindahan masjid-masjid dan bangunan lainnya yang lahir ketika itu. Sedangkan perhatian pada riset ilmu pengetahuan masih terbilang sangat kurang sehingga turut memberi kontribusi pada menurunnya kekuatan militer sekaligus politik umat Islam. Sisi lain, dunia Kristen dengan kekayaan yang terus berlimpah yang diangkut dari Amerika dan Timur Jauh semakin maju baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan kekuatan militernya. Maka sejarah akhirnya mencatat, kerajaan Usmani terpukul kalah di wilayah Eropa, kerajaan Safawi terdesak oleh suku-suku Afghan, dan kerajaan Mughal kian mengkerut ditekan raja-raja India. Puncaknya, Mesir sebagai salah satu simbol dan pusat peradaban Islam ketika itu runtuh di bawah penaklukan Napoleon di tahun 1798 M.
Periode modern (1800 M dan seterusnya) dikenal sebagai era kebangkitan kembali umat Islam. Kekalahan demi kakalahan tampaknya mulai menyadarkan dunia Islam bahwa dunia Barat telah mengalami kemajuan sedemikian tinggi yang takkan mungkin terlawan dengan mengandalkan kekuatan di berbagai aspeknya yang berada dalam keadaan lemah ketika itu. Dari sinilah muncul ide-ide pembaharuan yang bermaksud merekonstruksi keadaan dan kualitas umat Islam sehingga memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi ekspansi militer, politik imperialis, dan juga peradaban kolonial Barat yang semakin massif.

C. TOKOH-TOKOH YANG BERPRESTASI DALAM PERKEMBANGANISLAM
PADA PERIODE KLASIK

1. Al-Kindi
Lahir dikufan tahun 801 M. Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabbah bin Imron bin Ismail bin Muhammad bin Al-Asy’as bin Qais al-Kindi. Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim pertama. Karena dia adalah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Selain menterjemahkan al-Kindi juga menyimpulkan karya-karya filsafat hetenisme. Ia dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama. Karya al-Kindi kurang lebih berjumlah 270 buah. Kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang sudah tidak ditemukan lagi.

2. Al-Farabi
Lahir di Farab pada tahun 870 M. Nama lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Thurkan bin Uzlag al-Farabi. Dia terkenal dengan julukan Al-Mu’allim Al-Tsani (Guru kedua). Dua karya yang termashur adlah Al-jam;u Baina Ra’yi Al-Hakimaini dan Uyun Al-Masail. Al-Farabi menguasai hampir 10 bahasa dan mampu menguasai berbagai cabang keilmuan.

3. Al-Razi
Al-Razi adalah seorang dokter dan filosof besar pada zamannya. Ia lahir di Ray tahun 865 M. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya al-Razi mencapai 232 buku atau risalah karya tulisnya terbesar adalah al-Hawi, sebuah ensiklopedia kedokteran yang berjumlah 20 jilid, buk ini mengandung ilmu kedokteran Yunani, Arab dan Suriah. Ia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.

4. Ibnu Sina
Nama asli Abu al Hussain bin Abdullah lahir dikota Afsyanah Bukhara tahun 980 M. Profesinya dibidang kedokteran dimulai usia 17 tahun, ketika ia berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansyur, salah seorang penguasa dinasti Samaniyah. Pada masa dinasti Hamdani ia dua kali menjadi menteri. Di bidang filsafat ia digelari asy-Syaikh ar Ra’is (Guru para raja). Karyanya tidak kurang dari 200 karya tulis.

5. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
Karyanya berjudul “Muktasar f’Hisab Al-jabiwa Al Muqabalah” di Bagdad. Buku tersebut dirujuk Robert Chester diterjemahkan dalam bahasa latin dengan judul “Liber al-Gebras ef Al-Murcabala”. Ia adalah ilmuwan matematika yang menyusun buku tentang aljabar dan menemukan angka nol.

6. Ibnu Maskawaih
Lahir tahun 941 M dan meninggal tahun 1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya’kub bin Muskawaih. Ia pernah mengabdi kepada dua menteri pada masa dinasti Buwaihiyah. Ibnu Muskawaih merupakan seorang pemikir muslim yang produktif

7. Al-Gozali
Lahir di Gazalah Kurhasan tahun 1058 M dan wafat tahun 1111 M. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Rusi al-Gozali. Karena bakatnya di al-Gozali diangkat sebagai asisten yang menggantikan al-Jawaini mengajar jika ia berhalangan hadir. Ia menulis hamper 100 buku tentang teologi, fiqih, tasawuf, filsafat, akhlak dan autobiografi dalam bahasa Arab dan Persia.

KEMAJUAN DI BIDANG ILMU AGAMA
a. Bidang ilmu Tafsir
Misalnya : Imam Sufyan bin Uyainah wakil al-Jarrah, Syuban al-Hajjaj dan Zaib bin Harun. Mereka merupakan perintis dan Abu Jaf;ar Muhammad af-Rabari dianggap sebagai pemula dari semua ahli tafsir sesudahnya.
b. Bidang ilmu Fiqih
Pada periode ini ditandai dengan adanya empat Imam Mazhab yaitu Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Hambali
c. Bidang ilmu Tasawuf
Ditandai dengan peralihan dari tasawuf ke Zuhud
Tokoh Tasawuf filsafat :
1. Zumun al-Misri
2. Abu Yazid Al-Bistani
Tokoh Tasawuf Suni :
1. Abu Qasim Al-Qusyairi
2. Hamid Al-Gozali
d. Bidang ilmu kalam
Aliran-aliran yang ada : Kawarij, Mujiah, dan Mutazilah. Pada masa ini lahirlahdua aliran baru yaitu Asy’ariyah dan Maturidiyah.
e. Bidang Farikh (Sejarah)
Penulis sejarah pertama kali adalah Muhammad bin Ishak

f. Bidang ilmu Hadist
Berkembang pada periode kelima dan keenam

Abu Jaffar Al-Mnasyur
1. Membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan
a. Menterjemahkan buku yang berbahasa asing ke bahasa Arab
b. Menyusun buku-buku agama
c. Mnedatangkan kaum cerdik pandai dari berbagai Negara
2 Membangun kanal-kanal dan irigasi-irigasi
3 Membangun dan mendirikan kota Bagdad
4 Membangun Masjid agumg dan Istana yang megah
5 Membangun kota satelit yaitu Rushafah dan Kharakh

Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang lahir seperti :
1. Dalam bidang Astronomi : Abu Wafa’, Ali Ibnu Younis, Al-Burun, Al-Battani
2. Dalam bidang ilmu pasti : Muhammad bin Ahmad, Ummar al-Kayyam
3. Dalam bidang ilmu kimia : Abu Bakar Al-Razi, Abu Musa Ya;far Al-Kafi
4. Dalam bidang kedokteran : Abu Bakar Al-Razi, Ibnu Sina, Abulcassis, Ibnu Rusyid

E. HIKMAH-HIKMAH YANG DAPAT DIAMBIL
1. Kita dapat meneladani sikap intelektual dan semangat keislaman para Khalifah
pada zaman keemasan tersebut
2. Kita dapat mengambil berbagai tauladan dari para Khalifah
3. Dapat menumbuhkan semangat kepedulian social
4. Kita dapat memahami dan menghayati sejarah kebudayaan Islam atau dijadikan pandangan hidup dalam kegiatan sehari –hari
5. Membentuk nilai melalui pengambilan hikmah dikehidupan sehari-hari
6. meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

Dinamika Islam

1. Fase Ekspansi
Dalam fase ekspansi ini kehadiran telah cukup banyak mendapat perhatian dan telah para pemikir dan sejarawan dari berbagai kalangan. Berbagai pendapat dan teori yang membincang persoalan tersebut membuktikan bahwa tema Islam memang menarik untuk dikaji terlebih dinegeri yang dikenal mayoritas penduduknya muslim. Maka tak berlebihan studi mengenai latar historis dan proses perkembangan selanjutnya dari agama ini sehingga beroleh tempat dan mampu mengikat begitu banyak pengikut di wilayah ini. Cukup punya nilai guna memahami dan memaknai lebih dalam dinamika keberagamaan Islam dalam konteks kontemporer di Indonesia.

Lokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia Sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni : tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Hal lain yang juga patut diperhatikan adalah dimensi proses dari interaksi awal dan lanjutan antara Islam dan penduduk lokal dan berikut konstruk kepercayaan atau agama yang telah ada sebelumnya.

Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, dikalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansyur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar : Pertama, teori Gujarat. Islam dipercaya datang dari Gujarat-India melalui peran para pedagang India Muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab Muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke13 M.

Teori tersebut jika ditelaah lebih jauh lagi sesungguhnya memiliki variasi pendapat yang cukup beragam. Terkait teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari anak benua India, misalnya, ternyata sejarawan tidak satu kata mengenai wilayah Gujarat. Pendapat Pijnappel yang juga disokong oleh C. Snouck Hurgronje, J.P Moquette, E.O. Winstedt, B.J.O Schrieke, dan lain-lainnya tersebut ternyata berbeda dengan yang dikemukakan oleh S.Q Fatimi dan G.E Morison. Fatimi menyatakan bahwa bukti epigrafis berupa nisan yang dipercaya diimpor dari Cambay-Gujarat sebenarnya bentuk dan gayanya justru lebih mirip dengan nisan yang berasal dari Bengal. Sementara Morison lebih mempercayai bahwa islam di Indonesia bermula dari Pantai Coromandel. Sebab menurutnya pada masa Islamisasi kerajaan samudera dimana raja pertamanya (Malik Al-saleh) wafat tahun 1297 M.

Saat itu Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian kekuasaan Islam menaklukkan Gujarat. Jika Islam berasal dari sana tentunya Islam telah menjadi agama yang mapan dan berkembang ditempat itu. Adapun bukti epigrafis dari Gujarat atau Bengal tidaklah serta merta menunjukkan bahwa agama Islam juga “diimpor” dari tempat yang sama.

Sedankan tentang teori Islam Indonesia berasal langsung dari Makkah (yang antara lain dikemukakan oleh T.W Arnold dan Crawford) lebih didasarkan pada beberapa fakta tertulis dari beberapa pengembara Cina sekitar abad ke-7 M, dimana kala itu kekuatan Islam telah menjadi dominan dalam perdagangan Barat-Timur, Bahwa ternyata dipesisir pantai Sumatera telah ada komunitas Muslim yang terdiri dari pedagang asal Arab yang diantaranya melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan local. Terdapat juga sebuah kitab ‘Aja’ib al-Hind yang ditulis al-Ramhurmuzi sekitar tahun 1000 M. Dikatakan bahwa para pedagang Muslim telah banyak berkunjung kala itu ke kerajaan Sriwijaya. Dan di wilayah itupun telah tumbuh komunitas Muslim local. Semantara variasi pendapat lain dikemukakan oleh Keijzer bahwa Islam nusantara berasal dari Mesir berdasar kesamaan madzhab (Shafi’i). Sedangkan Niemann dan de Hollander mengemukakan teori Islam nusantara berasal dari Hadramaut (wilayah Yaman).

Teori Persia yang dikemukakan oleh sebagian sejarawan di Indonesia tampaknya kurang popular dibanding teori-teori sebelumnya. Pada konteks ini menarik jika pendapat Naguib al-Attas seorang pendukung teori Arab dihadirkan sebagai komparasi. Dalam mengkaji Islam nusantara al-Attas lebih tertarik untuk mendasarkan argumentasinya pada bukti-bukti konseptual dan liberatur, dibanding bukti-bukti sebagaimana para pemikir sebelumnya. Dalam “Teori umum tentang Islamisasi nusantara”-nya tersebut al-Attas menyebutkan bahwa karasteristik internal Islam yang beredar di nusantara lebih cenderung berasal langsung dari Arab. Dari berbagai liberatur Islam yang beredar dinusantara sebelum abad ke-17 M, tak satupun pengarangnya adalah orang India. Bahkan sebagian penulis yang dipercaya beberapa sarjana Barat sebagaian berasal dari India atau Persia. Jika ditelisik ternyata berasal dari Arab baik Etnis maupun Kultural. Adapum mengenai bukti epigrafis Moquette, al-Attas menolaknya dan menyatakan bahwa kemunculan nisan-nisan dari India tersebut hanya Karena faktor kedekatan lokasi saja (dalam konteks perdagangan).

The History Of Jack and The Beanstalk

“ Jack and the Beanstalk “ is a folktale in which the indolent son, Jack, makes a seemingly bad bargain by trading his mother’s cow for a few beans; but the beans grow into huge beanstalk, which lead Jack to adventure and fortune. The story has several variations. J.B. Lippincott Company, Philadelphia, published this version in Folk – Lore and Legend: English in 1891. An introductory note to the text says the story is taken from a chap – book ( a small pamphlet of popular reading materials ) that was printed in Great Britain in about 1810.

In the days of King Alfred there lived a poor woman. She had been a widow, and had an only child named Jack, whom she indulged to a fault. The consequence of her blind partiality was, that Jack did not pay the least attention to anything she said his follies were not owing to a bad disposition, but that his mother had never checked him. By degrees she disposed of all she possessed – scarcely anything remained but a cow.

The poor woman one day met Jack with tears in her eyes. Her distress was great, and, for the first time in her life. She had not money enough to purchase even a bit of bread for another day. Nothing now remains to sell but her poor cow. Jack began teasing this mother let him sell the cow at the next village so much, that she at last consented.

As he was going along he met a butcher, who inquired why he was driving the cow from home. Jack replied he was going to sell it. The butcher held some curious beans in his hat that were of various colours and attracted jack’s notice. The butcher asked what was the price of the cow, offering at the same time all the beans in his hat for her.

The bargain was struck instantly, and the cow exchanged for a few paltry beans. Jack made the best of his way home, calling aloud to his mother before he reached the house, thinking to surprise her. When she saw the beans and heard Jack’s account, her patience quite forsook her. She kicked the beans away in a passion – they flew in all directions – some were scattered in the garden. Not having anything to eat, they both went supperless to bed.

Jack awoke very early in the morning, and seeing something uncommon from the window of his bed – chamber, ran downstairs into the garden, where he soon discovered that some of the beans had taken root and sprung up surprisingly. The stalks were of an immense thickness, and had so entwined that they formed a ladder nearly like a chain in appearance.

He begin to climb the beanstalk. Up and up he climbed, until the reached the top. Jack saw a path that led to a big castle. The castle had a huge door and jack pushed with all his strength to open it, then the went inside.

Jack looked around in wonder. He was in an enormous room. On the floor in front of him he saw a huge pile of silver and gold coins. Then he saw the biggest table he had ever seen. Next to the table there was a huge chair. The table was a covered with lots and lots of delicious looking food. Jack felt very hungry.

Jack climbed up onto the chair and then onto the table. He started to eat the delicious food. Suddenly, he heard aloud rumbling notice coming from a corner of the room. Jack looked into the dark corner and realized that the noise came from a sleeping giant. He was snoring loudly. Jack the really scared. Jack quickly jumped down from the table and grabbed some coins from the floor. Then he ran as fast as he could and climbed back down the beanstalk.

The next morning Jack felt brave and climbed up the beanstalk again. This time he saw a goose with two golden eggs next to the sleeping giant. Jack tiptoed across the room toward the goose. Suddenly, he tripped and fell onto the floor with a crash. The giant woke up and saw Jack. He was very angry and shouted: Fee, fi, fo fum I sell the blood of a Englishman, be he alive or be he dead I’ll grind his bones to make my bread.

Jack ran out of the castle he grabbed the goose and then hurried down the beanstalk. He was much faster than the big clumsy giant and quickly reached the ground.

Jack called out, “ Help! Help! Mother, quick, bring the axe! “. On hearing Jack’s cries, his mother came running with the axe. Using all his strength Jack chopped down the beanstalk. Down tumbled the beanstalk and down tumbled the giant. The giant laid dead on the ground.

Jack and his mother were never poor again. They use some of the gold coins to buy another cow. The goose continued to lay golden eggs and they lived happily ever after.

1. In the days of King Alfred there lived a poor woman. She had been a widow, and had an only child named Jack, whom she indulged to a fault. The consequence of her blind partiality was, that Jack did not pay the least attention to anything she said his follies were not owing to a bad disposition, but that his mother had never checked him. By degrees she disposed of all she possessed – scarcely anything remained but a cow.

2. The poor woman one day met Jack with tears in her eyes. Her distress was great, and, for the first time in her life. She had not money enough to purchase even a bit of bread for another day. Nothing now remains to sell but her poor cow. Jack began teasing this mother let him sell the cow at the next village so much, that she at last consented.

3. As he was going along he met a butcher, who inquired why he was driving the cow from home. Jack replied he was going to sell it. The butcher held some curious beans in his hat that were of various colours and attracted jack’s notice. The butcher asked what was the price of the cow, offering at the same time all the beans in his hat for her.

4. The bargain was struck instantly, and the cow exchanged for a few paltry beans. Jack made the best of his way home, calling aloud to his mother before he reached the house, thinking to surprise her. When she saw the beans and heard Jack’s account, her patience quite forsook her. She kicked the beans away in a passion – they flew in all directions – some were scattered in the garden. Not having anything to eat, they both went supperless to bed.

5. Jack awoke very early in the morning, and seeing something uncommon from the window of his bed – chamber, ran downstairs into the garden, where he soon discovered that some of the beans had taken root and sprung up surprisingly. The stalks were of an immense thickness, and had so entwined that they formed a ladder nearly like a chain in appearance.

6. He begin to climb the beanstalk. Up and up he climbed, until the reached the top. Jack saw a path that led to a big castle. The castle had a huge door and jack pushed with all his strength to open it, then the went inside.

8. Jack looked around in wonder. He was in an enormous room. On the floor in front of him he saw a huge pile of silver and gold coins. Then he saw the biggest table he had ever seen. Next to the table there was a huge chair. The table was a covered with lots and lots of delicious looking food. Jack felt very hungry.

10. Jack climbed up onto the chair and then onto the table. He started to eat the delicious food. Suddenly, he heard aloud rumbling notice coming from a corner of the room. Jack looked into the dark corner and realized that the noise came from a sleeping giant. He was snoring loudly. Jack the really scared. Jack quickly jumped down from the table and grabbed some coins from the floor. Then he ran as fast as he could and climbed back down the beanstalk.

11. The next morning Jack felt brave and climbed up the beanstalk again. This time he saw a goose with two golden eggs next to the sleeping giant. Jack tiptoed across the room toward the goose. Suddenly, he tripped and fell onto the floor with a crash. The giant woke up and saw Jack. He was very angry and shouted: Fee, fi, fo fum I sell the blood of a Englishman, be he alive or be he dead I’ll grind his bones to make my bread.

12. Jack ran out of the castle he grabbed the goose and then hurried down the beanstalk. He was much faster than the big clumsy giant and quickly reached the ground.

13. Jack called out, “ Help! Help! Mother, quick, bring the axe! “. On hearing Jack’s cries, his mother came running with the axe. Using all his strength Jack chopped down the beanstalk. Down tumbled the beanstalk and down tumbled the giant. The giant laid dead on the ground.

14. Jack and his mother were never poor again. They use some of the gold coins to buy another cow. The goose continued to lay golden eggs and they lived happily ever after.

Pengertian dan komponen kurikulum

1. pengertian
Istilah kurikulum pada zaman Yunani kunoberasal dari kata “Curee” yang berarti “tempat pertandingan”. Kurir artinya orang yang bertugas menyampaikan berita dari suatu tempat ke tempat lain. Kurikulum diartikan “jarak yang harus ditempuh dalam suatu perlombaan lari” atau “race cource”. Analog dengan makna di atas, kurikulum dalam pendidikan diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran dan materi yang harus dikuasai peserta didik untuk memperoleh ijasah tertentu. Dengan kurikulum ini, kurikulum digunakan untuk pertama kali dalam bidang pendidikan.
2. komponen
a. Komponen tujuan
Dalam kurikulum, tujuan merupakan arah atau sasaran yang hendak dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Setiap perencanaan kurikulum terlebih dahulu harus merumuskan apa yang hendak dicapai, sesudah itu haruslah diidentifikasi dan diselidiki materi pembelajaran dan kegiatan belajar yang diperlukan bagi pencapaian tujuan.
b. Komponen materi dan pengalaman belejar
Komponen kurikulum ini berkaiatan dengan pernyataan apa yang akan diajarkan agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar sehingga mampu mencaoai tujuan yang digariskan dalam kurikulum. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana metode atau strategi penyajian materi tersebut agar peserta didik memperoleh pengalaman belejar yang diharapkan.
c. Komponen organsasi
Komponen ini tersangkut paut dengan bagaimana materi pelajaran disusun atau diorganisasikan sehingga peserta didik secara lancar memperoleh pengalaman belajar yang relevan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Keseluruhan materi pelajaran perlu disusun sebaik-baiknya sehingga terbentuk program belajar yang terdiri dari unit-unit kegiatan belajar.
d. Komponen evaluasi
Evaluasi sebagai komponen kurikulum berfungsi untuk mendapatkan gambaran apakah kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, dengan evaluasi akan diperoleh data mengenai kelebihan dan kekurangan yang ada pada komponen lain dan proses interaksi antar komponen. Dengan demikian, tujuan evaluasi kurikulum adalah untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan kurikulum dan kelemahannya yang dijumpai dalam berbagai komponen dan prosesnya.
A. Landasan pengembangan kurikulum
Ralph Tyler (1949) mengemukakan empat factor atau asas yang digunakan sebagai landasan untuk pengembangan kurikulum yaitu:
A.
1. Azas filosofis yakni filsafat suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia, azas filosofisnya adalah pancasila.
2. azas sosiologis yang mencakup harapan, kebutuhan dan sejarah perkembanga masyarakat, serat nilai-nilai yang diakui masyarakat.
3. azas psikologi, khususnya psikologi belajar dan psikologi perkembangan peserta didik.
4. azas ilmu pengetahuan, teknologi dan perkembangannya, sebagai landasan untuk menyusun bahan pelajaran.
C. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
A.
1. Prinsip relevansi: kurikulum dan pengajaran haarus relevan dengan lingkungan hidup peserta didik, kemajuan iptek, tuntutan dunia pekerjaan, nilai-nilai social, tingkat perkembangan peserta didik dan tujuan pendidikan nasional.
2. prinsip efisiensi: prinsip ini berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, biaya, sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh.
3. prinsip kontinuitas: upaya pengembangan kurikulum hendaknya dilakukan secara terus menerus secara berkelanjutan sesuai dengan tuntutan

Sejarah Pendidikan Di Indonesia Sampai Sekarang

13 January 2009 No Comment
Sejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.
Knowledge is power
Kutipan yang terkenal dari Francis Bacon tersebut jelas mengungkapkan pentingnya pendidikan bagi manusia. Sumber pokok kekuatan manusia adalah pengetahuan. Mengapa? Karena manusia dengan pengetahuannya mampu melakukan olah-cipta sehingga ia mampu bertahan dalam masa yang terus maju dan berkembang.
Dan proses olah-cipta tersebut terlaksana berkat adanya sebuah aktivitas yang dinamakan PENDIDIKAN. Pendidikan menurut KBBI berarti sebuah kegiatan perbaikan tata-laku dan pendewasaan manusia melalui pengetahuan. Bila kita lihat jauh ke belakang, pendidikan yang kita kenal sekarang ini sebenarnya merupakan ”adopsi” dari berbagai model pendidikan di masa lalu.
Informasi mengenai bagaimana model pendidikan di masa prasejarah masih belum dapat terekonstruksi dengan sempurna. Namun bisa diasumsikan ”media pembelajaran” yang ada pada masa itu berkaitan dengan konteks sosial yang sederhana. Terutama berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan di kelompok sosialnya.
Pendidikan Masa Hindu-Buddha
Sistem pendidikan pada masa lalu baru dapat terekam dengan baik pada masa Hindu-Buddha. Menurut Agus Aris Munandar dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Keagamaan di Pawitra Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem pendidikan Hindu-Buddha dikenal dengan istilah karsyan. Karsyan adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan mendekatkan diri dengan dewa tertinggi. Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu patapan dan mandala.
Patapan memiliki arti tempat bertapa, tempat dimana seseorang mengasingkan diri untuk sementara waktu hingga ia berhasil dalam menemukan petunjuk atau sesuatu yang ia cita-citakan. Ciri khasnya adalah tidak diperlukannya sebuah bangunan, seperti rumah atau pondokan. Bentuk patapan dapat sederhana, seperti gua atau ceruk, batu-batu besar, ataupun pada bangunan yang bersifat artificial. Hal ini dikarenakan jumlah Resi/Rsi yang bertapa lebih sedikit atau terbatas. Tapa berarti menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, orang yang bertapa biasanya mendapat bimbingan khusus dari sang guru, dengan demikian bentuk patapan biasanya hanya cukup digunakan oleh seorang saja.
Istilah kedua adalah mandala, atau disebut juga kedewaguruan. Berbeda dengan patapan, mandala merupakan tempat suci yang menjadi pusat segala kegiatan keagamaan, sebuah kawasan atau kompleks yang diperuntukan untuk para wiku/pendeta, murid, dan mungkin juga pengikutnya. Mereka hidup berkelompok dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama dan nagara. Mandala tersebut dipimpin oleh dewaguru.
Berdasarkan keterangan yang terdapat pada kropak 632 yang menyebutkan bahwa ” masih berharga nilai kulit musang di tempat sampah daripada rajaputra (penguasa nagara) yang tidak mampu mempertahankan kabuyutan atau mandala hingga jatuh ke tangan orang lain” (Atja & Saleh Danasasmita, 1981: 29, 39, Ekadjati, 1995: 67), dapat diketahui bahwa nagara atau ibu kota atau juga pusat pemerintahan, biasanya dikelilingi oleh mandala. Dalam hal ini, antara mandala dan nagara tentunya mempunyai sifat saling ketergantungan. Nagara memerlukan mandala untuk dukungan yang bersifat moral dan spiritual, mandala dianggap sebagai pusat kesaktian, dan pusat kekuatan gaib.
Dengan demikian masyarakat yang tinggal di mandala mengemban tugas untuk melakukan tapa. Kemakmuran suatu negara, keamanan masyarakat serta kejayaan raja sangat tergantung dengan sikap raja terhadap kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, nagara perlu memberi perlindungan dan keamanan, serta sebagai pemasok keperluan yang bersifat materiil (fasilitas dan makanan), agar para pendeta/wiku dan murid dapat dengan tenang mendekatkan diri dengan dewata.
Pendidikan Masa Islam
Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Buddha kemudian berlanjut pada masa Islam. Bisa dikatakan sistem pendidikan pada masa Islam merupakan bentuk akulturasi antara sistem pendidikan patapan Hindu-Buddha dengan sistem pendidikan Islam yang telah mengenal istilah uzlah (menyendiri). Akulturasi tersebut tampak pada sistem pendidikan yang mengikuti kaum agamawan Hindu-Buddha, saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan permukiman (Schrieke, 1957: 237; Pigeaud, 1962, IV: 484—5; Munandar 1990: 310—311). Pada masa Islam sistem pendidikan itu disebut dengan pesantren atau disebut juga pondok pesantren. Berasal dari kata funduq (funduq=Arab atau pandokheyon=Yunani yang berarti tempat menginap).
Bentuk lainnya adalah, tentang pemilihan lokasi pesantren yang jauh dari keramaian dunia, keberadaannya jauh dari permukiman penduduk, jauh dari ibu kota kerajaan maupun kota-kota besar. Beberapa pesantren dibangun di atas bukit atau lereng gunung Muria, Jawa Tengah. Pesantern Giri yang terletak di atas sebuah bukit yang bernama Giri, dekat Gersik Jawa Timur (Tjandrasasmita, 1984—187). Pemilihan lokasi tersebut telah mencontoh ”gunung keramat” sebagai tempat didirikannya karsyan dan mandala yang telah ada pada masa sebelumnya (De Graaf & Pigeaud, 1985: 187).
Seperti halnya mandala, pada masa Islam istilah tersebut lebih dikenal dengan sebutan ”depok”, istilah tersebut menjadi nama sebuah kawasan yang khas di kota-kota Islam, seperti Yogyakarta, Cirebon dan Banten. Istilah depok itu sendiri berasal dari kata padepokan yang berasal dari kata patapan yang merujuk pada arti yang sama, yaitu “tempat pendidikan. Dengan demikian padepokan atau pesantren adalah sebuah sistem pendidikan yang merupakan kelanjutan sistem pendidikan sebelumnya.
Pendidikan Masa Kolonial
Pada masa ini, wajah pendidikan Indonesia lebih terlihat sebagai sosok yang memperjuangkan hak pendidikan. Hal ini dikarenakan pada saat itu, sistem pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial adalah sistem pendidikan yang bersifat diskriminatif. Artinya hanya orang Belanda dan keturunannya saja yang boleh bersekolah, adapun pribumi yang dapat bersekolah merupakan pribumi yang berasal dari golongan priyayi. Adapun prakteknya sistem pendidikan pada masa kolonial lebih mengadopsi pendidikan ala Eropa.
Namun kemudian mulai timbul kesadaran dalam perjuangan untuk menyediakan pendidikan untuk semua kalangan, termasuk pribumi. Maka hadirlah berbagai institusi pendidikan yang lebih memihak rakyat, seperti misalnya Taman Siswa dan Muhammadiyah.
Pada masa ini sistem Eropa dan tradisional (pesantren) sama-sama berkembang. Bahkan bisa dikatakan, sistem ini mengadopsi sistem pendidikan seperti yang kita kenal sekarang: Mengandalkan sistem pendidikan pada institusi formal macam sekolah dan pesantren.
Pendidikan: Berawal dari Keluarga
Pendidikan abad 21 diwarnai dengan pengaruh globalisasi. Berbagai sistem pendidikan berlomba-lomba diadopsi, dikembangkan dan disesuaikan. Institusi-institusi pendidikan mulai menjamur. Namun muncul kritik dari beberapa orang seperti Ivan Illich, yang menganggap sistem pendidikan hanya berorientasi untuk menghasilkan tenaga kerja untuk kepentingan industri semata. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran.
Kemudian muncul sebuah ide Home Schooling, yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi formal, tapi tetap bisa dilakukan di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling adalah pola pendidikan yang dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap fenomena negatif yang umum terdapat pada institusi formal: adanya bullying, serta metode yang didaktis dan seragam.
Namun bukan berarti institusi pendidikan formal tidak menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa prestasi bukanlah angka-angka yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor. Melainkan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan kompetensi.
Dari rangkaian sejarah pendidikan yang panjang ini ada satu esensi yang bisa kita ambil yaitu seperti apapun bentuknya, keberhasilan pendidikan pada dasarnya tidak hanya tanggung jawab dari pengelola pendidikan saja tetapi juga menuntut peranan dari orangtua yang tidak kalah pentingnya. Sejarah akan terus berulang: Pendidikan berawal dari keluarga. (Bayu Galih/Rusyanti/Rian Timadar/Khairun Nisa, Mei 200 . dikutip dari phadli23.multiply.com

Pnemonia

Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia ). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pnemonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Batuk dan pilek mungkin merupakan gejala penyakit yang paling sering kita alami. Bahkan karena seringnya,batuk pilek ini sering disepelekan dan dibiarkan begitu saja tanpa pengobatan. Penderita sering dibawa ke rumah sakit atau dokter dalam kondisi yang memprihatinkan.
Ada beberapa penyakit dengan gejala batuk pilek yang perlu mendapatkan perhatian lebih,terutama pada anak,antara lain bronchopneumonia dan asthma bronchiale. Lalu kapan sebaiknya kita waspada? Sejak dari hari pertama seorang anak mengalami batuk,kita sebagai orang tua sudah harus waspada. Kapan kita konsultasi ke dokter? Jika batuk berlanjut lebih dari tigfa hari,ada baiknya kita membawa anak ke dokter untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.
Batuk pilek seringkali disebabkan oleh virus,sehingga tidak memerlukan antibiotika dan bisa sembuh sendiri (self limited). tetapi pada tahap selanjutnya bisa terjadi infeksi bakterial juga,sehingga perlu tambahan antibiotika selain obat simtomatik. Namun tidak berarti penyakit yang disebabkan oleh virus ini tidak berbahaya.
Selain itu,kita perlu waspada jika gejala memberat,misalnya sesak napas,terdengar suara mengi (wheezing),napas cuping hidung,adanya tarikan otot dinding dada saat bernafas atau muncul komplikasi keperti kejang dan lain-lain.
Asthma bronchiale merupakan penyakit gangguan pernapasan yang terjadi karena sensitivitas yang berlebihan pada saluran pernapasan sehingga karena rangsang tertentu mengalami penyempitan (konstriksi bronkus),produksi lendir berlebihan dan pembengkakan mukosa bronkus.
Ketiga hal tersebut menyebabkan penderitaannya mengalami sesak napas,mengi,napas cuping hidung,dan tarikan dinding dada. Pada kasusu yang berat,pasien bisa mengalami asidosis karena tidak efektifnya paru untuk menghirup O2 dan mengeluarkan Co2. Hal inilah yang sangat berbahaya bagi keselamatan penderita.
Karena itu,penderita astham sebaiknya selalu menyimpan obat untuk mengatasi jika terjadi serangan sewaktu-waktu. Perlu diketahui,asthma merupakan penyakit yang terkait genetik (keturunan). Namun tidak berarti anak yang memilik penyakit asthma selalu dilahirkan dari orang tua yang asthma juga,bisa jadi orang tua atau nenek moyangnya memiliki penyakit atopik yang lain,seperti dermatitis atopik (ruam pipi),terutama pada anak,sering juga disebut ruam karena alergi susu atau obat/makanan tertentu.
Serangan asthma biasanya terjadi jika penderita terpapar pencetus tertentu misalnya udara dingin,makanan tertentu,kecapaian atau stress. Karena itu seorang penderita asthma hendaknya mengetahui apa saja faktor pencetus serangannya dan sedapat mungkin menghindarinya,karena semakin sering kekambuhan serangan asthma,semakin rumit pengobatannya dan semakin buruk prognosisnya.
Sedang bronchopneumonia adalah infeksi yang terjadi pada bronkus dan jaringan paru. Infeksi biasanya berawal dari nfeksi saluran napas bagian atas (proximal) yang menjalar kebawah. Penyakit ini memiliki beberapa gejala dan tanda,antara lain demam,batuk,pilek sesak napas. Komplikasi lebih lanjut dari bronchopneumonia yang tidak tertangani dengan baik bisa berupa infeksi saluran tengah,radang selaput otak,kejang,dan penurunan kesadaran. Karena keterlambatan,dan ketidak tepatan terapi seringkali menyebabkan penderita jatuh pada kondisi yang buruk dan sering berakibat kematian. Pneumonia sampai saat ini masuk dalam lima besar penyebab tersering kematian balita.
Karena itu,ada baiknya jika anak mengalami batuk dan pilek,kita cermati apakan ditemukan gejala yang lain misalnya dema. Pada 2-3 hari pertama,kita mungkin cukup memberikan obat untuk mengatasi gejalanya. Tetapi jika hari ke 4 gejala masih menetap atau jika gejala bertambah berat,tampak sesak napas,napas cuping hidung (terlihat cuping hidung yang kembang kempis),tarikan pada dinding dada,terdengar mengi,grok-grok (ngorok),kejang atau penurunan kesadaran,segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Juga harus diingat,bahwa saat sakit tubuh memerlukan asupan gizi dan cairan yang lebih dari biasanya. Meskipun pada waktu sakit seringkali nafsu makan menurun,terus upayakan pemberian makanan ini. Tetap berikan air susu ibu (ASI) dan minuman lain untuk mencegah dehidrasi. Sebagai orangtua,kita harus sabar dan lebih telaten untuk memastikan putra-putri kita tidak mengalami dehidrasi. Pada jenis sakit apapun,jika si anak memang sudah tidak mau makan dan minum,segera bawa kedokter dan jangan ditunda-tunda lagi. Semoga dengan antisipasi dini,hal-hal yang tidak diharapkan dapat dicegah.

Penyebab :
Penyebab utama dari pneumonia adalah bakteri, jamur, virus ataupun parasit. Pneumonia dibagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan tempat infeksi utamanya, antara lain pneumonia lobaris (mengenai lobus atau bagian utama paru), pneumonia lobularis (bagian lebih kecil dari lobus), dan pneumonia intestitialis (bagian terkecil dari paru).
Patofisiologi Bronkhopneumonia :
1. Bronkhopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder.
2. Keadaan yang dapat menyebabkan bronchopneumonia adalah pertusis, morbili, penyakit lain yang disertai dengan infeksi saluran pernafasan atas, gizi buruk, paska bedah atau kondisi terminal.
Etiologi :
1. Streptokokus.
2. Stapilokokus.
3. Pneumokokus.
4. Hemovirus Influenza.
5. Pseudomonas.
6. Fungus.
7. Basil colli.
Penatalaksanaan :
1. Oksigen.
2. Cairan, kalori dan elektrolit a glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
3. Obat-obatan :
1. Antibiotika à berdasarkan etiologi.
2. Kortikosteroid à bila banyak lender.

Asal-usul Manusia dikepulauan Indonesia

A. Asal-usul manusia di kepulauan Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian sejarah purba yang dilakukan oleh sejarawan Belanda, Van Heine Geldern menerangkan bahwa sejak tahun 500 sebelum masehi, mengalirlah perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah selatan daratan Asia termasukkepulauan Indonesia disebut austronesia (Austro artinya selatan, nesos artinya pulau). Bangsa Austronesia mendiami wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pulau yang membentang dari madagaskar sampai ke pulau paskah dan Taiwan sampai selandia baru.

Pendapat Yan Heine Gelden ini diperkuat dengan penemuan peralatan manusia purba beliung batu yang berbentuk persegi di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian barat.
Perpindahan penduduk gelombang kedua terjadi pada tahun 400-300 sebelum masehi bersamaan dengan zaman perunggu. Oleh karena itu, kebudayaan perunggu di Indonesia disebut kebudayaan Dangson, dengan demikian dapat disimpulan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah orang-orang Austronesia yang telah menetap di yunan. PEndapat demikian dikemukakan oleh H.Kern pada tahun 1899 hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia, disimpulkan bahwa bahasa daerah tersebut dahulunya berasal dari satu rumpun bahasa ynag disebut bahasa Austronesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan disejitar hulu sungai salwen dan sungai Mekong yang tanahnya sangat subur diperkirakan karena bencana alam dan serangan suku bangsa lain. Alat yang digunakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia untuk mencapai nusantara adalah perahu bercandik. Mereka berlayar secara berkelompok dan merupakan pelaut yang ulung.

B. Teori tentang asal-usul manusia
Manusia muncul pada kala Pleistosen kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Manusia dikelompokan kedalam kelompok primate. Secara evolusi perkembangan fisik golongan primate menunjukan ciri-ciri khusus. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pewarisan dan lingkungansatuan pewarisan terkecil disebut Ojena. Manusia temasuk dalam famili Homiidae yang memiliki volume otak yang lebih besar. Sub famili Hominidae adalah Austrolopithecus yang memiliki volume otak berkisar kurang lebih 550 cc. Austrolopithecus terdiri dari tiga genus yajni Austrolopithecus Africanus, Austrolopithecus Robestus, dan Austrolopithecus Boisei.

C. Perikehidupan Masyarakat Awal
1. Masa berburu dan meramu makanan.
Kehidupan awal dari zaman berburu dan meramu makanan masih sangat sederhana. Dari sisa kehidupan Pleistosen yang berhasil ditemukan menunjukan kemampuan manusia yang masih terbatas dalam memanfaatkan bahan-bahan yang masih disediakan oleh alam. Alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan cara pembuatan yang sederhana. Alat-alat terutama digunakan untuk pencarian dan pengaolahan bahan makanan berupa daging hewan dan ubi-ubian.
Peninggalan yang banyak ditemukan pada masa ini adalah kerangka manusia dan hewan yang telah membatu. Berbagai peninggalan tersebut ditemukan di Trinil, Ngandong, Samung dan Tomala. Manusia yang hidup di masa ini adalah Megantropus dan Pithecntropus. Pada masa akhir zaman berburu dan meramu makanan sudah mulai ada ras pokok dan penduduk.
Teknologi manusia, yang pada tingkat permulaan mengutamakan segi praktis sesuai dengan tujuan penggunaan saja, makin lama makin menigkat kea rah penyempurnaan bentuk perkakas keperluan hidup. Tradisi pembuatan alat-alat pada tingkat ini di Indonesia dibagi menjadi dua macam bentuk pokok, yaitu tradisi kapak primbas dan tradisi serpih yang merupakan budaya pacitan.
Kapak primbas yang merupakan salah satu budaya material adalah jenis kapak genggam dan berbentuk besar. Teknik pembuatan pada umumnya masih kasar dan mengalami perubahan dalam jangka waktu yang panjang. Tradisi kapak perimbas di Indonesia mempunyai daerah sebaran yang luas, terutama berkembang di daerah yang banyak mengandung bahan batuan yang sesuai untuk pembuatan perkakas-perkakas batu. Misalnya didaerah Punung (Daerah pacitan), lahat (Sumatera Selatan), Kalinda (lampung), Awang Bangkal (kalimantan Selatan), Cabenge (Sulawesi Selatan), Sembiran dan Trunyan (Bali), BAtu Trung (Sumbawa), Flores dan Timor.
Tradisi alat serpih sendiri menghasilkan perkakas yang berbentuk sederhana dengan memperlihatkan kerucut pukul yang jelas, alat ini di gunakan sebagai penggaruk atau serut, gurdo, penusuk dan pisau. Alat serpih biasanya dibuat dari jenis batuan tufa dan gamping kersikan serta batuan endapan.
Selain dua jenis alat tersebut diatas, ditemukan pula perkakas yang terbuat dari tulang. Alat-alat tulang ini berupa sudip dan mata tombak yang berbagai pada kedua belah sisinya., berukuran panjang kurang lebih 9,5 cm. Tanduk menjangan juga digunakan perkakaas. Tanduk umumnya digunakan sebagai pencukil atau balati.
Dari segi kehidupan social, pada masyarakat food gathering ini kehidupannya sangat menggantungkan diri pada alam. Daerah-daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup. Mereka pada umumnya menempati daerah-daerah pada rumput dengan semak belukar dan hutan kecil yang letaknya berdekatan dengan danau atau sungai.
Manusia pada pada masa ini hidup berkelompok dan berburu. Kehidupan menusia tersusun dari keluarga kecil yang saling berbagi tugas. Laki-laki umumnya melakukan perburuan. Pihak perempuan mengumpulkan bahan makanan yang tidak memerlukan tenaga yang terlalu besar. Perrempuan mempunyai peranan yang penting dalam menyeleksi tumbuhan-tumbuhan yang dapat dimakan.
Pada tahap akhir zaman berburu ditemukan bukti-bukti tentang kepercayaan manusia kepada kekuatan alam. Peninggalan-peniggalan lukisan di dinding gua yempat tinggal mereka mempunyai sifat magis. Pembuatan patung dewi kesuburan dan penguburan mayat dan disertai alat-alat batu menggambarkan suatu corak kepercayaan.
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mulai terbentuk pada tingkat hidup berburu makanan. Kehidupan social ekonomi mulai terlihat dari cara kerja mereka dalam berburu dan mencari makanan.

2. Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tidak terpisahkan dr usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidup pada masa-masa sebelumnya. Masa ini merupakan masa yang amat penting bagi perkembangan masyarakat dan peradaban manusia. Karena di masa ini penemuan beberapa sumber alam bertambah pesat.
Teknik bercocok tanam mereka pada awalnya adalah huma. Teknik ini dilakukan dengan cara membabat dan membersihkan suatu lokasi di hutan kemudian meraka tanami.

Dalam perkembangan berikutnya, system pertanian mereka semakin meningkat dengan ditemukannya tanaman padi sehingga berkembanglah system persawahan. Mereka juga mulai memelihara hewan ternak hasil penjinakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti itik dan ayam. Upaya mereka ini bias dikatakan sebagai pengumpulan persediaan makanan sehingga tidak perlu mengembara lagi.

Pada masa ini mulai ada tanda-tanda cara hidup menetap. Mereka mulai meninggalkan gua-gua. Pola hidup ini membuat hubungan dalam masyarakat pada saat ini semakin baik. Pola hidup ini menetapun telah mengakibatkan kehidupan social ekonomi makin berkembang dan lebih teratur.

Kehidupan social budaya pun semakin meningkat. Alat ni terlihat pada kemampuan membuat alat-alat kebutuhan hidup yang semakin baik kualitasnya, baik dari segi kehalusan maupun keindahan. Kemajuan ini antara lain dikarenakan mulai dikenalnya teknik mengupam batu. Alat-alat yang di upan umumnya adalah beluing, kapak batu, anak panah dan mata tombak. Beliung dan kapak batu ditemukan tersebar hamper di seluruh kepulauan Indonesia.

3. Masa Perundagian.
Pada masa bercocok tanam, manusia mulai menetap di desa-desa. Manusia sudah mampu mengatur kehidupannya menurut kebutuhan bersama yang dipusatkan dengan mengahasilkan makanan sendiri. Pada masa menetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan kegiatannya untuk mencapai hasil yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal itu dilakukannya dengan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan di bidang yang telah mereka geluti seperti pertanian, peternakan, pembuatan gerabah dsb.

Xaman ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan teknologi. Diantara teknologi baru yang di temukan pada masa ini adalah peleburan biji logam. Oleh karena itu, semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya

Pada masa ini kemampuan membuat benda-benda jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan masa sebelumnya. Pada masa ini mereka menguasai tehnologi peleburan logam dengan system pemanasan , pencetakan logam, pencampuran logam dan penempaan logam. Pada mzaman perundagian ini peralatan gerabah masih ditemukan dengan tehnologi yang semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat ini tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari logam.

Pertanian masih merupakan usaha bersama masyarakat. Setelah sistem persawahan diterapkan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan. Dalam seni lukis terlihat kemajuan pesat yang menggambarkan kehidupan beragama yang semakin mantap. Dari sisi ekonomi pada masa ini mulai terjadi perdagangan dengan bangsa-bangsa lain. Dari segi social , kehidupan masyarakat ini semakin teratur.

D. Bangsa Austronesia Sebagai Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah Nusantara dan menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. Mereka inilah yang menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia sekarang. Bangsa Melayu dapat dibedakan menjadi dua suku bangsa :
1. Bangsa Melayu Tua ( Prato Melayu )
Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kalidatang ke Nusantara pada tahun 1500 SM. Bangsa Melayu Tua memasuki wilayah Nusantara melalui dua jalur yaitu :
a. Jalur barat melalui Semenanjung Melayu (Malaysia) – Sumatera
b. Jalur timur melalui Philipina – Sulawesi

Bangsa Melayu memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada Homo Sapien di Indonesia. Kebudayaan bangsa Melayu Tua disebut Kebudayaan Batu Baru (Neolitikum). Segala peralatan terbuat dari batu , pembuatanya sudah dihaluskan. Hasil budaya zaman ini yang terkenal adalah kapak persegi yang banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian barat ( Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali ). Suku bangsa Indonesia yang termasuk anak keturunan bangsa Proto Melayu adalah Suku Dayak dan Suku Toraja.

2. Bangsa Melayu Muda ( Deutero Melayu )
Pada kurun waktu tahun 400 – 300 SM terjadi gelombang kedua nenek moyang bangsa Indonesia dating ke Nusantara. Bangsa Melayu Muda berhasil mendesak dan berasimilasi dengan pendahulunya, bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu memasuki wilayah Nusantara melalui jalur barat. Mereka menempuh rute dari Yunan, Vietnam, Semenajung Melayu dan akhirnya tersebar ke seluruh Nusantara.
Bangsa Deutero Melayu memilliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan bangsa Proto Melayu karena mereka telah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan kebudayaan Megalithikum yaitu kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan terbuat dari batu besar. Hasil kebudayaan megalithikum yaitu menhir, dolmen, sarkofagus, kubur batu dan punden berundak. Suku bangsa Indonesia yang termasuk keturunan bangsa Melayu Muda adalah Suku Jawa, Melayu, minang dan Bugis

E. Jenis-Jenis Manusia Purba Di Indonesia
Penemuan manusia purba pada lapisan pleistosen terdapat diberbagai tempat didunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut T. Jacob manusia memiliki ciri-ciri biologis berdiri tegak dan kapasitas otak besar. Penelitian tentang manusia purba di Indonesia antara lain dipelopori oleh Eugene Dubois dari Belanda. Ny. Selenka, Ter Haar Oppenorrth dan Van koenigswold. Hasil-hasil penemuan manusia purba di Indonesia oleh para ahli tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Megantropus, Pithecantropus dan Homo.
a. Megantropus Paleo Javanicus
Fosil dikatakan sebagai fosil manusia purba yang paling primitive. Megantropus Paleo Javanicus diartikan sebagai manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini pertama kali diketemukan oleh Van Koenigswald antara tahun 1936 – 1941 di daerah Sangiran. Daerah Sangiran termasuk dalam fauna jetis yang digolongkan dalam lapisan pleistosen bawah. Fosil yang ditemukan antara lain bagian rahang bawah, rahang atas kiri, dengan gigi geraham.

b. Pithecantropus
Fosil manusia purba pithecanthropus merupakan jenis fosil manusia purba yang apilng banyak diketemukan di Indonesia. Manusia purba jenis pithecanthropus ini diperkirakan hidup pada kala pleistosen awal, tengah dan akhir. Daerah-daerah penemuanya antara lain adalah Perning, Keung baubus, Trinil, Sangiran, Sambung Macan dan Ngandong. Berdasarkan fosil yang diketemukan, pithecanthropus juga dapat digolongkan dalam beberapa jenis. Adapun jenisnya adalah :
1) Pithecantropus Mojokertensis
Fosil Pithecantropus Mojokertensis dikatakan sebagai jenis manusia purba jenis Pithecantropus yang tertua. Fosil ini diketemukan didaerah Pucangan dan juga Mojokerto. Pithecantropus Mojokertensis ini dikenal juga sebagai Pithecantropus Robustus
Penemuan fosil ini terjadi pada tahun 1939 yang ditemukan oleh Van Koenigwald, penemuan awalnya berupa fosil tengkorak anak-anak. Fosil-fosil berasal dari lapisan pleistosen bawah. Dari hasil keseluruhan disimpulkan bahwa Pithecantropus Mojokertensis memiliki cirri berbadan tegap, mempunyai tonjolan kening yang tebal dan tulang pipi yamg kuat.

2) Pithecantropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecantropus Erectus merupakan fosil Pithecantropus yang pertama kali ditemukan. Disamping itu fosil Pithecantropus Erectus juga memiliki penyebaran yang lebih luas. Fosil Pithecantropus Erectus pertama kali ditemukan oleh Eugene Dubois antara tahun 1890 – 1892 di daerah Trinil. Daerah ini termasuk pada lapidsan Pleistosen tengah. Pithecantropus Erectus diartikan juga dengan manusia yang berjalan tegak. Hal tersebut disimpulkan dari penemuan tulang pahanya.

3) Pithecantropus Soloensis
Pithecantropus Soloensis diartikan sebagai manusia kera dari Solo. Fosil Pithecantropus Soloensis pertama kali ditemukan oleh Van Koenigwald dan Weidenreich pada tahun 1931 – 1934. fosil manusia purba ini ditemukan didaerah Ngandong dekat sungai Bengawan Solo. Pithecantropus Soloensis memiliki tengkorak yang lonjong, tebal dan massif. Manusia jenis ini lebih tinggi tingkatannya dari Pithecantropus Erectus.
c. Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan didesa Wajak, Tulungagung Jawa Timur tahun 1889 oleh Van Reistsotten. Manusia purba jenis Homo Wajakensisini digolongkan sebagai Homo Sapiens pertama di Asia.

F. Sistem Kepercayaan Awal Masyarakat Indonesia
a. Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang
Kepercayaan terhadap Roh nenek moyang dapat dilihat dari sisa-sisa peninggalan manusia yang hidup di gua-gua berupa tulang belulang manusia yang telah dikuburkan. Sisa-sisa peninggalan pemujaan roh nenek moyang dapat dilihat dari penemuan bangunan Megalithikum seperti menhir, dolmen, sarkofagus dan punden berundak

b. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memilki roh atau jiwa. Awal dari munculnya kepercayaan animisme didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan.

c. Kepercayaan bersifat Dinamisme
Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Berkembangnya kepercayaan seiring dengan berkembangnya kepercayaan terhadap roh nenek moyang maupun animisme. Peristiwa kemunculanyapun tidak jauh berbeda dengan proses kemunculan kepercayaan animisme yang disdasarkan pada pengalaman masyarakat. Pengalaman terus berkembang secara turun temurun dari generasi ke generasi

d. Kepercayaan bersifat Monoisme
Monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan monoisme muncul berdasarkan pengalaman dari masyarakat. Melaui pengalaman itu pola piker masyarakat berkembang. Disamping kepercayaan tersebut diatas, mereka juga melakukan kebiasaan sebagai berikut :
1. Memuja Dewi Kesuburan
Hal ini bias dilihat di Candi Sukun di Karanganyar (Jawa Tengah). Dipulau Jawa Dewi dipuja sebagai Dewi kesuburan dan perlindungan padi
2. Kepercayaan tentang tumbal
Tumbal sebagai sesuatu yang digunakan untuk menolak bahaya
3. Ruwatan
Ruwatan sebagai suatu upacara yang bertujuan untuk mengembalikan seseorang atau masyarakat kepada kedudukan semula


SEJARAH GEOGRAFI

Geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas bumi. Kata geografi berasal dari bahasa Yunani yaitu g? ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Pada awalnya bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
Jaman Pertengahan, bangsa Arab seperti Idirisi Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama jaman Renaissance dan pada abda ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
Setelah abad ke ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas. Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi dengan geologi dan botani.
Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.
Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya.

PRAKTEK BERBICARA Tentang Profesionalisme Guru

BAB I

A. Latar Belakang
Dalam setiap studi tentang kependidikan, persoalan yang berkenaan dengan Guru dan jabaran senantiasa disinggung, bahkan menjadi salah satu poko bahasan yang mendapat tempat tersendiri ditengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks.
Dewasa ini perhatian itu bertamnbah besar sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya. Secara sekilas dapat kita lihat, bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program pembangunan pendidikan di Negara kita.
Tingkat pendidikan sering dijakan tolak ukur bagi kemajuan suatu bangsa. Karenanya, pendidikan cukup memerankan peran penting dalam pembanguna suatu Negara, bertolak dari kenyataan yang ada. Maka siatem pendidikan yang ada, harus dikelola oleh tenaga-tenaga yang professional. Tenaga-tenaga yang berkualitas tinggi adalah tenaga yang professional dalam bidangnya untuk mampu memikul tanggung jawab yang mereka kerjakan. Hal ini tentunya tidak terlepas peran seorang guru sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan dalam proses belajar mengajar. Bahkan seorang guru menempati kedudukan sebagai figure sentral dalam proses belajar mengajar, ditengah gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar disekolah.
Jabatan guru bersifat professional, secara secara popular seseorang pekerja dibidang apapun serringf diberi predikat professional. Seorang pekeja profesioanl dalam bahasa keseharian adalah seoarang pekerja yang terampil atau cukup dalam kerjanya. Biarpun keterampilan atau kecakapanb tersebut sekedar produk dari fungsi minat dan belajar.
Pengertian jabatan professional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang menentukan dan dapat dipenuhi lewat pembiasan melakukan ketermpilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja di lingkungannya, dan keterampilan kerja sebagai warisan orang tua). Seorang pekerja professional dituntut untuk menguasai visi yang mendasari keterampilannya yang menyangkut wawasan filosofi, perkembangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan mutu pendidikan di Negara kita.

B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
I. Arti dan cirri jabatan professional guru
II. Karakteristik kopetensi guru
III. Fungsi serta peran guru dalam pengajaran dan masyarakat

C. Tujuan Penelitian
1. Agar kita sebagai mahasiswa yang berkualitas bias mem ahami arti dan cirri jabatan profesionalisme guru.
2. Sebagai calon guru diharapkan kita dapat mengetahui karakteristik kopetensi guru.
3. Supaya posisi serta peranan guru dalam pengajaran dan masyarakat dapat diwujudkan.

D . Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemikiran kepada pemegang kebijaksanaan terutama dalam menyiapkan ataupun mewujudkan tenaga pendidikan yang berkualitas dalam memperoleh tenaga guru yang profesional, berkopetensi sehingga peranan guru sebagai figur soerang pendidik dapat terlak sana dan pendidikan dapat berhasil dengan baik.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti dan ciri jabatan profesional guru.
1. Arti jabatan profesional guru.
Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu keahlian profesi, maka harus memenuhi criteria professional, (Hasil lokakarya Pembina kurikulum pendidikan guru UPI Bandung) sebagai berikut.
a. Fisik.
- Sehat jasmani dan rohani.
- Tidak mempunyai cacat tunuh yang biasa menimbulkan ejekan/cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental/Kepribadian.
- Berkepribadian/berjiwa pancasila.
- Mamapu menghayati GBHN.
- Mencitai bangsa dan sesame mausia dan rasa kasih saying kepada anak didik.
- Berbudi pekerti yang luhur.
- Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.
- Mampu menyalurkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.
- Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya.
- Msampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.
- Bersifat terbuka, peka dan inovtif.
- Menunjukan rasa cinta kepada profesinya.
- Ketaatanya akan disiplin.
- Memiliki sense of humor.
c. Keilmiahan/pengetahuan
- Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.
- Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkanya dalam tugasnya sebagai pendidik.
- Memahami, menguasai serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.
- Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain.
- Senang membaca buku-buku lmiah.
- Mampu memecahkan persoalansecara sistematis terutama yang berhubungan dengan bidang studi.
- Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
d. Keterampilan
- Mampu berperan sebgaiorganisator proses belajar mengajar.
- Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan structural, intidisipliner, fungsional, dan teknologi
- Mampu menyusun garis besarpogram pengajaran.
- Mampu memecahkan dan melaksanakan teknk-teknik pengajaran yang baik dalam mencapai tukuan pendidikan.
- Mampunmerencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan.
- Mamahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.

Kompetensi professional guru, selain berdasarkan pada bakat guru unsur pengalaman dan pendidikan memegang peran yang sangat penting. Pendidikan guru sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui bernagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.

2. Ciri-ciri jabatan professional guru.
Jabatan guru tergolong jabatan profesional karena memnuhi ketiga macam persyaratan diatas, secara lebih rinci, cirri-ciri jabatan profesional tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bagi pelakunya secara (defakto) dituntut kecakapan kerja (keahlian) sesui dengan tugas khusus serta tuntutandari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
b. Kecakapan atau keahlian seorang pekerja professional bukan sekedar hasilpengkuasaan atau latihan rutin tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap.
c. Pekerjaan professional dituntut berwawasan social yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu bukan ikut-ikutan saja.
d. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat atau negaranya, dalam hal ini pendapat serta tolak ukur yang dikembangkan oleh organisasi profesi sepantasnyalah dijadikan acuan.

B. KARASTERISTIK KOMPETENSI GURU
Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi guru professional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tugas sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka guru yang dinilai kompetensi secara professional apabila :
1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab
2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya secara berhasil
3. Guru tersebut mampu bekerja untuk mencapai tujuan pendidikan
4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar
Karasteristik kita tinjau dari berbagai segi tanggung jawab guru, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah dan peranan guru dalam proses belajar mengajar.
I. Tanggung jawab dan kompetensi guru
a. Tanggung jawab moral
Dalam hubungan ini setiap guru harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan pancasila.
b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
Dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa.
c. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan
Guru turut bertanggung jawab dalam memajukan kesatuan bangsa, menyukseskan pembangunan nasional, serta menukseskan pembangunan-pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari daerah dimana dia tinggal.
d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
Guru selaku ilmuan bertanggung jawab turut memajukan ilmu terutama ilmu yang menjadi spesialisnya.
II. Fungsi Serta Peranan Guru Dalam Pengajaran Dan Masyarakat
Guru dilihat dari segi fungsi dan peranannya bahwa professional guru mengandung pengertian yang meliputi unsure-unur kepribadian, keilmuan,dan ketrampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi profesionalisme guru tertentu saja akan meliputi ketiga unsure itu walaupun tekana yang lebih besar terletak pada unsure ketrampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakan.

a. Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar
Peranan ini akan dapat dilaksanakan bila guru memenuhi syarat-syarat kepribadian dan penguasaan ilmu
Pelaksanaan peran ini menuntut ketrampilan tertentu
 Terampil dalam menyiapkan bahan pelajaran
 Terampil menyusun satuan pelajaran
 Terampil menyampaikan ilmu kepada murid
 Terampil menggairahkan semangat belajar murid
 Terampil memilih dan menggunakan alat peraga pendidikan
 Terampil melakukan penilaian hasil belajar murid
 Terampil menggunakan bahasa yang baik dan benar
 Terampil mengatur disiplin kelas, dan berbagai ketrampilan lainnnya
b. Guru Sebagi Anggota Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat, guru memilih ketrampilan seperti : ketrampilan dalam membina kelompok, ketrampilan bekerjasama dalam kelompok, dan ketrampilan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
c. Guru Sebagai Pemimpin
Guru harus memenuh berbagai ketrampilan yang dibutuhkan sebagai pemimpin, seperti bekerja dalam tim, keterampilan berkomunikasi, bertindak selaku penasehat dan orang tua bagi murid-muridnya, keterampilan melaksanakan rapat diskusi, dan membuat keputusan yang tepat, cepat, rasional, dan praktis.
d. Guru Sebagai Pelaksana Administrasi Ringan
Guru harus memiliki ketrampilan seperti mengadministrasikan keuangan, keterampilan menyusun academic record, keterampilan menyusun arsip dan ekspedisi, dan keterampilan mengetik, serta berbagai keterampilan lainnya yang berkenaan dengan pelaksana administrasi ringan di sekolah
e. Kompetensi Guru Model P3G
Dalam lokakarya kuikolom pendidikan guru yang diselenggarakan oleh P3G, telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan system multistrata sebagai berikut
1) Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam komunikasi seluruh sekolah
2) Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan bisa pakai metode mengajar, memilih materi prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan prigram belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik, menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar
3) Mengelola kelas yakni mengatur tete ruang kelas dalam rangka CBSA dan menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif
4) Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
5) Menguasai landasan-landasan pendidikan
6) Merencanakan program pengajaran
7) Mengelola instruksi beljar mengajar
8) Menguasai macam-macam metode pengajaran
9) Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
10) Mengenal fungsi dan program layananbimbingan dan penyuluhan di sekolah
11) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
12) Mampu memahami dan menafsir hasil-hasil penelitian pendidikan yang sederhana guna kemajuan pengajaran

BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Pengertian jabatan perlu dibedakan dari jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasikerja di lingkungannya, dan keterampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya.
Jenis pekerjaan yang berkulifikasi professional memiliki cirri-ciri tertentu yaitu :
1.Memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya
2.Kecakapan seorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwenang
3.Jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat atau Negara
Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan guru tergolong jabatan professional karena memenuhi ketiga macam persyaratan diatas

Saran
Berdasarkan hasil peneliti penulis memberikan saran :
Untuk mahasiswa khususnya mahasiswa IKIP PGRI Madiun
Diharapkan sebagai calon guru professional harus mampu sebagai tenaga kerja pendidik, pengajar yang baik, dan guru yang professional adalah guru yang mampu menggunaka metode pengajaran dan dapat mempergunakan sarana atau media yang ada dengan baik

Umar Bhakti

Ketua Harian Hidsi Lampung
Pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun ini banyak menimbulkan pro dan kontra karena kebijakan penetapan standar kelulusan (passing grade) sebesar 4,26 dan nilai rata-rata ujian akhir sekolah (UAS) dengan 4,51 dinilai merugikan siswa, apalagi tahun ini pemerintah meniadakan ujian ulangan. Selain itu, UN bertentangan dengan Pasal 58 Ayat (1) UU/20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: "Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan pendidik/guru."
Dalam konteks ujian nasional ini, penilaian guru terhadap proses kelulusan anak didik tidak diperhitungkan. Padahal, berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), guru yang paling mengetahui kompetensi siswa. Sebab itu, penilaian akhir kelulusan siswa ditentukan pendidik dengan mempertimbangkan tiga unsur; afektif, psikomotorik, dan kognitif.
Di lain pihak, standar mutu pendidikan antara satu daerah dan daerah lain masih beragam akibat pemerintah tidak memeratakan standar pelayanan pendidikan baik di kota-kota besar, kabupaten, maupun di daerah terpencil. Akibatnya, peserta UN tidak memiliki bekal sama menghadapi ujian tersebut.
Siswa miskin yang tidak memiliki akses informasi, ditambah faktor minimnya guru berkualitas sangat dirugikan. Apalagi mereka juga harus bergelut dengan kondisi bangunan sekolah yang tidak memadai serta fasilitas penunjang, terutama buku yang tak tersedia.
Berbeda halnya dengan sebagian sekolah yang mapan dengan kualitas guru dan fasilitas sekolah yang sangat memadai. Dengan kondisi itu, tidak mungkin diterapkan sistem penilaian seragam, juga mustahil faktor kelulusan siswa ditentukan hanya tiga mata pelajaran dan diuji dalam waktu satu sampai dua jam. Wajar jika pelaksanaan UN dianggap lebih banyak mudaratnya dibandingkan dengan kebaikannya.
Pertama, UN melegalisasi kecurangan dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh, oknum guru memberikan jawaban kepada siswa dengan membacakan jawaban di depan kelas, menukar lembar jawaban komputer siswa, dan memberikan jawaban kepada siswa melalui SMS. Hal ini terjadi karena khawatir tingkat kelulusan siswa rendah, yang akhirnya merugikan nama baik sekolah.
Kedua, penghapusan ujian ulangan. Ini menguatkan kesalahan cara pandang pemerintah terhadap dunia pendidikan. Orientasi siswa diubah menjadi mendapat target angka tertentu. Padahal UN sebaiknya dijadikan sebagai data untuk memetakan kondisi pendidikan nasional, bukan sebagai standar kelulusan siswa.
Penghapusan ujian ulangan akan memengaruhi tingkat kelulusan siswa. Ujian ulangan sangat berperan mengurangi jumlah siswa yang gagal dalam UN. Akibat penghapusan ujian ulangan, banyak siswa terancam tidak melanjutkan sekolah. Ini terjadi terutama pada siswa yang diimpit masalah ekonomi, mereka lebih baik bekerja menjadi nelayan daripada melanjutkan sekolah.
Di lain pihak, adanya ujian persamaan paket A, B, dan C bagi siswa yang tidak lulus UN tahun pelajaran 2005--2006 tidak menyelesaikan masalah. Pasalnya, ujian baru dilaksanakan November, padahal tahun ajaran baru dimulai Juli.
Ketiga, keberadaan tim pemantau independen juga dipertanyakan. Setiap sekolah sudah punya petugas pengawas ujian, yang direkrut sistem silang penuh. Guru-guru dilarang mengawasi siswa dari sekolahnya.
Hal ini mencerminkan keraguan pemerintah terhadap lembaga sekolah. Apalagi tim pemantau independen ditunjuk dari perguruan tinggi oleh pemerintah kabupaten sesuai dengan ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan.
Sedangkan, bagi daerah yang tidak memiliki perguruan tinggi, tim pemantau independen ditunjuk dari aparat kecamatan dan kelurahan. Padahal, anak-anak mereka juga ikut ujian. Informasi dari daerah tidak ada perguruan tinggi, pengawasan ini tidak berjalan efektif.
Tingkatkan Kerja Keras
Namun, kebijakan pemerintah menerapkan standar kelulusan tidak lain agar kualitas siswa di Indoensia meningkat dengan semangat bekerja keras dan berkompetisi pada diri siswa, guru, dan kepala sekolah. Menurut Mendiknas Bambang Sudibyo, penyelenggaraan UN masih perlu dilakukan untuk menciptakan kerja keras di kalangan peserta didik. "Pentingnya UN untuk menciptakan kultur kerja keras, tidak lembek di kalangan peserta didik," kata Bambang Sudibyo.
Penyelenggaraan UN berdasarkan UU 20/2003 tentang Sisdiknas pada Pasal 57 menyebutkan pemerintah diberi mandat mengevaluasi dan mengendalikan mutu pendidikan secara nasional baik terhadap peserta didik maupun terhadap lembaga pendidikan. Ke depan anggaran pendidikan akan mencapai Rp85 Triliun.
Perinciannya Rp17 triliun ke Departemen Agama dan Rp68 triliun untuk Depdiknas. Anggaran tersebut nantinya lebih banyak jatuh ke kalangan siswa, guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidikan lainnya.
Tak ada gading yang tak retak. Pepatah ini sesuai untuk menggambarkan carut-marut pelaksaan UN. Yang penting, pelaksanaan UN tahun ini sudah berlalu. Sebab itu, kendala teknis harus diminimalisasi untuk kerja tahun depan.
Sebab, meskipun pelaksanaan UN lebih banyak mudaratnya, tujuan mulia UN untuk kerja keras dan meningkatkan kualitas siswa harus dipertahankan. Apalagi kesejahteraan guru dengan terbitnya UU Guru dan Dosen akan meningkat dengan adanya sertifikasi yang memberikan tunjangan fungsional. Selain itu, perlunya pembinaan dan bimbingan pemerintah, khususnya bagi sekolah yang berkualitas rendah.

Majlis Link OtomatisFree Smart Automatic BacklinkMalaysia Free Backlink Services FreewebsitepromotionLink Portal Teks TVAutoBacklinkGratisjapanese instant free backlink Free Plugboard Link Banner ButtonFree Automatic Backlink Service